Tambolaka, NTT (ANTARA Sulsel) - Pemeritah Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur, menargetkan hasil panen jagung sekitar 800 ton guna tahun ini sebagai upaya nyata meningkatkan perekonomian rakyat.

"Kami berharap masa tanam awal tahun ini bisa panen jagung sesuai target, satu hektare lahan perkebunan bisa menghasilkan 6,5 ton dan bila kering bisa mencapai empat ton," kata Wakil Bupati SBD Ndara Tanggu Kaha di Tambolaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis.

Menurut dia, program prioritas pemerintah daerah saat ini adalah lahan perkebunan dengan memanfaatkan lahan yang bisa ditanami jagung jenis hybrida karena di sampaing harga jualnya layak juga bertujuan sebagai peningkatan ekonomi kerakyatan.

"Luas lahan yang saat ini ditanami jagung se-Kabupaten SBD sekitar 200 ribu hektare lebih dengan harga jual jagung kering sekitar Rp3.000 perkilo. Kami sudah dapat medapatkan pengusaha dari Surabaya untuk membeli langsung hasil panen," ujar dia.

Ndara mengemukakan, tahun ini diperioritaskan 90 persen lahan di SBD akan ditanami jagung jenis hybrida. Bahkan dia akan mengajukan proposal permintaaan kepada Kementerian Kehutanan untuk menggunakan lahan hutan lindung yang sudah ditetapkan ditanami jagung sekitar 3.000 hektare.

"Kami sudah mengusulkan hutan lindung dijadikan kawasan hutan kemasyarakatan tanpa harus menebang pohon, artinya ditanam disekitar lahan tersebut. Semua hasil jagung akan dijual kepada investor atau pengusaha," katanya.

Selain jagung, pemerintah juga menggalakkan penanaman padi sebagai bentuk rancangan kedaulatan pangan khusus di Sumba Barat Daya karena masih saja ada desa tertinggal dan terluar didalam kabupaten ini.

"Kami Pemda masih mengharapkan bantuan dari Pemerintah Pusat bukan hanya bibit jagung termasuk padi guna memenuhi kedaulatan pangan untuk kebutuhan masyarakat. Sementara sisanya kita tergetkan diekspor," kata dia.

Kendati demikian daerah ini tidak hanya jagung, namun pihaknya juga meminta bantuan dari Kementerian Peternakan agar memberikan bibit ternak untuk dikembangkan meski nantinya mengunakan sistem plasma kawin suntik agar masyarakat juga terpenuhi nutrisi dan pangannya.

Pemda juga sedang melakukan permintaan bantuan dari Kementerian Desa Pembagunan Desa Tertingggal, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian dan Peternakan untuk membantu karena daerah baru pemekaran.

Sedangkan program lainnya juga saat ini digalakkan adalah "Masyarakat Turun ke Laut" karena masyoritas masyarakat lebih banyak ke lahan pertanian dan perkebunan di Sumba.

"Kami mencoba mengajak masyarakat `turun ke laut` sebab daerah ini kaya akan potensi lautnya yang harus dikelola dengan baik. Pemda dalam waktu dekat mengirim 100 orang untuk belajar menjadi nelayan di Flores Timur sebagai dasar awal mengelola laut," katanya.

Pewarta : Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024