Makassar (ANTARA Sulsel) - Sosiolog dari Universitas Negeri Makassar Prof Andi Agustang mengungkapkan fenomena aksi kekerasan dan kriminal mengunakan kendaraan bermotor atau lazim disebut Begal merupakan dampak dari kesejangan sosial.

"Aksi begal di Makassar saat ini tingkatannya sudah sangat memperhatinkan dan sudah berdampak pada kekerasan sosial yang menjadi sebuah endemik bagi masyarakat," ungkapnya di kampus UNM Makassar, Sulsel, Kamis.

Menurut dia kriminalitas yang berkepanjangan tersebut membuat efek sosial, sehingga langkah yang perlu diambil pemerintah adalah pembinaan sejak dini kepada para pelaku yang nota bene masih berstatus sekolah.

Selain itu kesenjangan sosial serta kurangnya perhatian orang tua dalam hal mendidik membuat anak-anak ikut arus dalam pergaulan bahkan ikut-ikutan mengonsumsi narkotika.

"Perhatian orang tua termasuk memberikan pengetahuan agama yang bersumber dari kearifan lokal harus menjadi pondasi mereka. Sebab akar masalah terciptanya kriminalitas karena pergaulan serta tidak adanya pemberian pengetahuan tentang sisi kemanusiaan," tambahnya.

Persoalan begal atau kriminalitas dengan kekerasan, tambah guru besar UNM ini, tentu tidak satu pihak saja yang berperan baik dari kepolisian maupun pemerintah kota, tetapi semua pihak seperti keluarga terdekat maupun masyarakat.

"Solusinya adalah mencabut akar masalah sosial itu dengan bersama-same semua pihak bersinergi untuk mengubah perilaku yang lebih beradab, tentunya dengan pendidikan agama dan kemanusiaan," tambah dia.

Sementara Wakil Wali Kota Makassar Syamsu Rizal MI dalam diskusi Menakar Kriminalitas Begal di kampus UNM menyatakan pihaknya sudah berupaya penuh untuk melakukan pembinaan terhadap anak-anak yang terpaksa berbuat kriminal karena terpengaruh.

Selain itu ada tiga tahapan untuk menekan aksi kekerasan mulai dari keluarga sendiri, kemudian di sekolah melalui tenaga pengajarnya serta komunikasi publik yang baik itulah akar dari persoalan itu yang tidak difikirkan .

"Paling menentukan adalah keluarga kemudian di lingkup sekolah itu kesimpulannya. Sementara untuk publik saya rasa sifatnya bisa dibingkai sedimikan rupa dengan meningkatkan publik space agar anak-anak lebih berpikir positif, itu yang sudah dilakukan," katanya.

Pria disapa akrab Deng Ical ini menyadari peran serta keluarga sangat diperlukan selain itu di sekolah tempat belajarnya siswa ditanamkan nilai kemanusiaan, karena terjadinya kriminalitas faktor dari lingkungan sekitar ditambah keluarganya tidak memberikan perhatian khusus.

"Secara sosiologis sudah dijelaskan tadi, biar diapakan pun aksi begal akan terus terjadi bila akar masalahnya tidak selesai, bila hal ini dipikirkan bersama maka pengaruh kriminalitas akan semakin kecil. Peran serta pendidik juga harus mengerti situasi," ujar Ketua PMI Makassar itu.

Kendati Pemerintah Kota telah mengantisipasi tindakan kriminalitas dengan memasang CCTV disejumlah titik rawan guna mengurangi aksi kekerasan bahkan langkah prevetif pun dilakukan dengan penangkapan melalui rekaman CCTV, namun itu hanya berssifat stuktural.

"Kita butuhkan adalah fungsional bisa menyelesaikan masalah pada akarnya. Disisi pendidikan harus terus dikembangkan agar anak-anak bisa mendapatkan siraman rohani dan mental yang baik. Seperti contoh anak-anak tinggal dekat sekolah harus bersekolah disitu, supaya nilai sosiologisnya tumbuh," harap Deng Ical.

Sedangkan perwakilan dari kepolisian AKBP H Abdul Azis selaku Kasat Binmas Polrestabes Makassar pada kesemapatan itu mengungkapkan pihaknya terus melakukan penangkapan para pelaku kriminal bahkan rata-rata pelakunya masih usia sekolah.

"Kami terus melakukan upaya Kamtibmas, banyak sudah pelaku yang ditangkap ada yang diproses kalau sudah menjadi residivis dan adapula diberikan pembinaan secara mental dan agama. Peran serta keluarga memang sangat dibutuhkan untuk menekan tindakan pencurian dengan kekerasan atau ramai disebut begal," tuturnya.

Pewarta : Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024