Jakarta, (Antara Sulsel) - Ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan produk olahannya telah melampaui nilai ekspor minyak dan gas nasional. Tahun 2015, ekspor minyak sawit menyumbang devisa USD 18,65 miliar. Sedangkan total nilai ekspor migas sendiri pada tahun lalu mencapai USD 12,5 miliar.

“Jadi kita boleh bangga untuk bisa mengatakan bahwa produk CPO dan minyak sawit olahan merupakan penyumpang devisa ekspor terbesar bagi perekonomian Indonesia,” kata Joko Supriyono, Ketua Umum GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), dalam diskusi di kantor Redaksi LKBN Antara, Kamis (24/3).

Joko mengatakan, posisi yang sangat baik ini harus mampu dipertahankan. Karena itu, seluruh pemangku kepentingan di dalam sektor perkebunan kelapa sawit harus semakin kompak. Terutama dalam menghadapi kampanye negatif terhadap sawit yang semakin masif.

“Total nilai ekspor minyak sawit tersebut setara dengan 13,5 persen dari total ekspor non migas nasional,” kata Joko.

Ikut mendampingi Joko jajaran Pengurus Pusat GAPKI antara Ketua Bidang Advokasi Susanto Yang (CEO Sinar Mas Agro), bendahara Laksmi Kanya Sidarta, dan juru bicara Tofan Mahdi.

Rombongan GAPKI diterima langsung oleh Direktur Pemberitaan Antara Aat Surya Syafaat.

Joko yang juga Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk ini mengatakan, hingga saat ini Indonesia masih menempati posisi sebagai produsen minyak sawit mentah terbesar di dunia. Total produksi minyak sawit nasional mencapai 35 juta ton, sedangkan Malaysia yang berada di peringkat dua menghasilkan CPO 21 juta ton.

“Kita bukan bersaing dengan Malaysia. Tetapi persaingan kita adalah dengan produk-produk minyak nabati lain seperti minyak bunga matahari, kedelai, rapeseed, kanola, maupun jagung. Dan notabene minyak-minyak nabati pesaing sawit itu dihasilkan oleh negara-negara di Amerika dan Eropa,” katanya.

Joko menampik tudingan bahwa perkebunan kelapa sawit sebagai biang deforestasi. Sebab, di Indonesia saja, total perkebunan kelapa sawit adalah sekitar 10,5 juta hektar dari total 150 juta hektar hutan di Indonesia. Bandingkan dengan perkebunan kedelai di Amerika Latin yang menghabiskan areal hingga 90 juta hektar.

“Jadi, siapa yang sebetulnya menjadi biang deforestasi?” kata Joko.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pemberitaan LKBN Antara Aat Surya Syafaat menegaskan komitmennya untuk mendukung kemajuan sektor perkebunan kelapa sawit Indonesia.

Apalagi telah terbukti selain sebagai penyumbang devisa terbesar, sektor kelapa sawit juga menyerap hingga 6 juta tenaga kerja langsung.

“Kami sebagai humas negara, tentu saja mendukung sektor-sektor ekonomi strategis seperti kelapa sawit. Kita dukung untuk menghadapi kampanye negatif dari negara-negara maju yang memanfaatkan LSM-LSM lingkungan untuk menyerang sawit Indonesia,” kata Aat.

Pewarta :
Editor : Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2024