Makassar (ANTARA Sulsel) - Berdasarkan data Pusat Pengendali Operasional BPBD Kabupaten Enrekang, sepanjang 2016 mulai Januari hingga saat ini sudah ada 18 kali kejadian bencana tanah longsor di daerah tersebut.

Kepala Seksi Rehabilitasi BPBD Kabupaten Enrekang, Syamsul Bahri, Sabtu, mengatakan dalam sepekan saja terjadi tiga kali tanah longsor di Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan, salah satunya akibat curah hujan yang tinggi.

"Kejadian longsor di Desa Pana, Kelurahan Kambiolangi Kecamatan Alla, Senin (4/4), serta di Desa Benteng Alla Utara Kecamatan Baroko, Rabu (6/4)," katanya.

Dia mengatakan penyebab tanah longsor karena curah hujan yang tinggi, wilayah ketiga desa sangat rawan tanah longsor dan memiliki tanah yang sangat labil mengingat wilayahnya yang berada di daerah pegunungan.

Syamsul Bahri saat meninjau lokasi bencana menjelaskan, dampak dari longsor itu sudah tergolong parah karena sudah mempengaruhi aktifitas warga desa salah satunya adalah akses jalan yang terputus, sehingga mempengaruhi perekenomian.

"Jalur transportasi terputus karena tertutup material tanah longsor. Warga harus mencari jalan alternatif untuk melalui jalan tersebut," kata Syamsul Bahri.

Di Desa Pana, jalur Pokporan dan Landokadawang tidak bisa dilalui kendaraan. Wargapun sangat susah untuk melakukan aktifitas, khususnya yang akan ke kebun atau sawah.

Begitupun yang terjadi di Kelurahan Kambiolangi. Jalanan tertimbun longsor sehingga kendaraan tidak bisa lewat.

"Parahnya, jalanan ini satu-satunya akses yang dilewati untuk mencapai Rumah Sakit Tipe C. Jalanan inipula yang harus dilewati para anak-anak untuk bersekolah," katanya.

Untuk menanggulangi kejadian, personil BPBD Kabupaten Enrekang langsung turun ke lokasi melakukan pembersihan.

"Kami sudah melakukan pembersihan, tapi tidak semuanya dibersihkan karena keterbatasan alat. Yang penting sudah bisami dilalui motor," kata Syamsul Bahri saat memimpin pembersihan di ketiga lokasi tersebut.

Saat ini, ujar dia, BPBD Kabupaten Enrekang sudah melakukan koordinasi dengan Dinas PU Kabupaten Enrekang untuk menindaklanjuti penanganan longsor itu.

Salah seorang anggota DPRD Kabupaten Enrekang, Amiruddin saat ditemui di lokasi menyatakan turut prihatin melihat kondisi anak-anak yang masih duduk dibangku sekolah.

Menurut dia, untuk mencapai sekolah anak-anak harus berjalan kaki sejauh tiga kilometer.

"Tadinya mereka hanya berjalan kaki setengah kilometer, tapi sekarang mereka harus memutar jalan sejauh tiga kilometer," kata Amiruddin.

Begitupun longsor yang terjadi di dusun Tangsa desa Benteng Alla Utara Kecamatan Baroko yang terjadi, Rabu (6/3), kader partai Gerindra ini juga merasa prihatin.

Desa Benteng Alla Utara berada di wilayah perbatasan antara Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Tana Toraja. Dengan kejadian ini, maka warga dari dua kabupaten yang berseblahan itu tidak lagi bisa memanfaatkan akses jalan itu, lanjut Amiruddin.

Pewarta : Agus Setiawan
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024