Kupang (ANTARA Sulsel) - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kornelis Kode Mete mengatakan Kabupaten Alor merupakan satu dari 21 kabupaten/kota di daerah itu dengan kasus malaria positif tertinggi, dan kasus terendah di Kabupaten Manggarai.

"Kabupaten Alor tertinggi dengan kasus malaria positif sebanyak 1.635 kasus atau 43,95 persen, sedangkan kasus terendah Manggarai sebanyak 67 kasus atau 0,30 persen," kata Kornelis Kodi Mete kepada Antara di Kupang, Sabtu.

Dia mengemukakan hal itu berkaitan dengan daerah dengan kasus malaria terbanyak dan terendah di provinsi berbasis kepulauan itu.

Hampir 90 persen desa di Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan endemis malaria.

"Daerah endemis malaria pada umumnya desa-desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang kurang baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit.

Selain itu kondisi desa-desa itu juga kekurangan akses pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi rendah serta buruknya perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat.

Berdasarkan hasil Riskedas tahun 2013, insidensi dan prevalensi malaria di provinsi itu masing-masing adalah 2,6 persen dan 6,8 persen.

Dan di Indonesia, Provinsi NTT merupakan urusan kedua setelah Papua.

Dia menambahkan, ada tiga kabupaten dengan insidensi tertinggi yakni Manggarai Timur (17,5) persen, Sumba Barat Daya 15 persen dan Sumba Barat 14,4 persen.

Sementara tiga kabupaten dengan prevalensi malaria tertinggi adalah Sumba Barat Daya 58,3 persen, Lembata 48,5 persen dan Sumba Timur 47,9 persen.

Mengenai pengobatan, dia mengatakan, hanya sekitar separuh (55) persen kasus malaria di NTT yang diobati dengan obat program dengan kisaran antara 7,1 persen di Sumba Timur hingga 94 persen di Kabupaten Nagekeo. 

Pewarta : Bernadus Tokan
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024