Makassar (ANTARA Sulsel) - Kapolda Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) Irjen Pol Anton Charliyan menyatakan pihaknya tetap waspada terhadap gerakan-gerakan radikalisme maupun teroris yang bisa saja bergeser ke Sulawesi Selatan dan Barat.

"Teroris adalah musuh bersama dan kita akan terus mewaspadai gerakan-gerakan mereka," ujarnya usai mengunjungi rumah Renaldi eks sandera Abu Sayyaf di jalan Tinumbu 132, Kelurahan Layang, Kecamatan Bontoala Makassar, Rabu.

Ia menegaskan pihaknya tidak akan tinggal diam untuk memberantas teroris. Kendati gerak teroris Poso yang semakin terpojok dan bisa saja menyusup ke daerah lain di Sulselbar, dirinya akan terus melakukan pemantauan di daerah titik rawan.

"Poso sudah menjadi target dan terus diwaspadai. Kejadian penyanderaan di Filipina menjadi pengalaman berharga dan ini menjadi langkah antisipasi terhadap gerakan radikalisme di Indonesia," ujarnya kepada wartawan.

Sementara Renaldi kepada awak media mengatakan selama menjadi tawanan milisi bersenjata kelompok Abu Sayyaf tidak ada perlakuan kekerasan yang dialaminya bersama rekan-rekan tawanan lainnya.

"Selama saya di sana tidak ada bentuk kekerasan apalagi pemukulan. Memang hanya diawal saja saat di sandera. Mereka menggangap kami warga Malaysia setelah dijelaskan kami warga Indonesia mereka melunak," ucapnya.

Selain itu selama masa penyenderaan kata dia, para penyandera sering berpindah-pindah tempat saat diketahui titik persembunyian para teroris ini bergeser ke tempat lain.

"Kalau diketahui tempatnya oleh tentara Filipina mereka kemudian bergeser dan ikut memindahkan kami dengan mata tertutup. Saya dan teman-teman lain tidak mengetahui persis di mana posisi kami sebenarnya. Tapi patut kami bersyukur tetap diberi makan layak," ujarnya.

Meski demikian dirinya tetap berdoa kepada Tuhan agar terus diberikan keselamatan sampai di daerah tujuan di Indonesia. Saat itu tiba para sandera dapat bernafas lega setelah berada di pihak pemerintah Filipina.

"Kami semua bersyukur bisa selamat sampai ke Indonesia. Saat kami berada di pihak Pemerintah Filipina setelah diserahkan, baru ada harapan yang sebelumnya tidak ada kejelasan karena sejak ditawan ancaman terus dilakukan penyandera kepada pihak pemerintah setempat dan perusahaan," ungkapnya.

Menyusul dibebaskannya 10 sandera asal Warga Negara Indonesia (WNI) dan masih ada empat WNI lainnya di sandera kelompok Abu Sayyaf, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan pihaknya terus berusaha dengan bekerja sama pemerintah Filipina untuk mencari jalan pembebasan sisa sandera.

Pewarta : Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024