Mamuju Utara, (Antara Sulsel) - Siang Hari, Wayan Widya seorang warga trans Bali baru saja tiba di rumahnya di Desa Mertasari.

Kediaman yang dulu sederhana kini telah berdiri megah. Sebuah pura yang cukup megah dibangun di halaman depan rumahnya, membuat pria yang akrab disapa Pak Suni ini tenang beribadah.

Tahun 1980 ia dan keluarganya bertransmigrasi dari Pulau dewata ke tanah Sulawesi. Bertani menjadi mata pencaharian utama keluarganya.

Selain bertanam sayur dan buah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, pada tahun 1996 ia mulai menanam sawit.

"Dulu ngak ada yang nanam sawit, disini lahannya kayak rawa susah kami untuk bertani. Tapi sejak PT Mamuang masuk dan mengelola lahan, masyarakat banyak yang mulai tertarik menanam sawit," jelas Suni.

Tahun 2006 dirinua menjadi peserta IGA PT Mamuang dengan luas lahan sebesar satu kapling atau dua hektar.

Pria yang rendah hati yang mengaku kini telah memiliki lahan sendiri diluar lahan IGA juga, namun ia enggan menyebutkan luasan lahan miliknya.

Income Generating Activity (IGA) merupakan program pengembangan ekonomi sekitar perusahaan grup Astra Agro lestari.

Berdirinya PT Mamuang diakui telah membuat perubahan besar bagi warga transmigrasi di kampung Mertasari, sebagai desa terdekat dengan PT Mamuang.

Hal ini bisa terlihat dari baiknya sarana dan prasarana di kampung tersebut ditengah perumahan warga yang berderet megah dengan Pura di halaman rumahnya sekilas menampakan kekentalan budaya tanah leluhurnya.

Dengan program IGA berdiri berbagai kelompok tani masyarakat.

Salah satunya kelompok tani Puncak Jaya yang beranggotakan 11 orang yang dibentuk tahun 2006 dengan jumlah lahan seluas 17 Hektar.

I Wayan Irawan, salah satu peserta kelompok tani mengaku, sudah sejak berusia 18 tahun ia diajarkan bertani kelapa sawit oleh ayahnya.

“Dulu saya bantu ayah, sekarang saya sudah punya lahan sendiri dua hektar” ujar pria yang kini berusia 28 tahun tersebut.

Wayan Irawan mengaku, hasil kerja kerasnya bertani kini telah membawa perekonomiannya pesat berkembang.

Ia bercita-cita menyekolahkan anaknya hingga sarjana dari hasil pertaniannya tiap bulan, kios klontong, mobil dan sebuah rumah nyaman bagi keluarganya.

Hal serupa dinyatakan oleh Kepala Desa Mertasari I Made Artha.

Ia mengaku perkembangan perekonomian masyarakatnya tumbuh pesat sejak berdirinya PT Mamuang.

Perusahaan memberikan program bantuan bibit dan pendampingan khusus bagi warganya sehingga warga desanya bisa menjadi petani yang produktif.

"Sedikit demi sedikit kami belajar dari pendampngan PT Mamuang dan kini banyak diantara warga yang telah memiliki kebun sendiri dan menjadi petani Swadaya," jelas Made Artha.

Selain infrastruktur dan rumah warga yang kini telah meningkat, efek secara tidak langsung dari keberhasilan warganya sebagai petani dapat dilihat pula dengan tingkat pendidikan yang kini mulai tinggi.

“Banyak diantara warga yang kini memiliki aset di Palu atau Makasar dan menyekolahkan anaknya di kota-kota tersebut. Masyarakat yang sudah mengenyam pendidikan kini mencapai 70 persen, bahkan hingga tingkat perguruan tinggi," lanjut Made Artha.

Desa Seluas 68,54 km tersebut kini telah memiliki dana yang dikelola oleh koperasi Budi Jaya.

"Petani dipotong du persen, untuk dana desa setengahnya dan setengahnya lagi untuk dana Koperasi. Dana desa itulah yang kemudian digunakan untuk membangun infrastruktur desa," Jelas Made Artha.






Pewarta :
Editor : Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2024