Makassar (ANTARA Sulsel) - Ratusan penumpang tujuan Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tengara Timur dan Bima, Nusa Tenggara Barat, terlantar di Pelabuhan Makassar eks Sukarno Hatta karena ditinggalkan kapal akibat tiket yang dibeli di Travel Agus diduga ilegal.

"Ada sekitar 700 orang penumpang yang tidak bisa naik kapal karena tiketnya diduga ilegal dan tidak terdaftar di PT Pelni," kata Direktur Operasi dan Layanan PT Pelni Pusat Captain Daniel E Bangonan di pelabuhan setempat, Kamis.

Menurut dia kapasitas penumpang Kapal Motor (KM) Tidongkabila yang diberangkatkan sebanyak 1.644 orang sesuai dengan ambang batas atau toleransi 60 persen yang diberikan Syahbandar pelabuhan dan PT Pelni guna keselamatan penumpang.

Sementara saat ini masih ada 700 lebih penumpang yang berada di Pelabuhan setempat. Penumpang secara keseluruhan tercatat sekitar 2.500 orang lebih.

"Semua penumpang yang tidak berangkat, akan diberangkatkan besok pagi sekitar pukul 7.00 WITA menggunakan KM Jet Liner kapal Ferry cepat. Kami tetap bertangung jawab atas kejadian ini," papar Daniel.

Mengenai dengan adanya tiket ilegal yang dicetak travel agus lebih dari 800 tiket, kata dia, menegaskan itu adalah ilegal dan sudah dilaporkan ke pihak yang berwajib.

"Tiket yang dicetak travel Agus tidak online. Dalam aturan Pelni tidak dibenarkan tiket di cetak offline, jadi semua tiket dinyatakan ilegal dari travel tersebut meski mirip asli, tapi palsu dan sudah dilaporkan ke pihak kepolisian," ungkapnya.

Daniel menjelaskan bahwa tiket yang cetak secara offline tidak bisa terkoneksi dengan jaringan sehingga dianggap tidak terdaftar meski tiket tersbut dicetak mirip aslinya.

Meski demikian pihaknya tetap meminta pertanggungjawaban pihak Travel Agus terkait masalah ini serta akan memberikan sanksi atas kejadian ini.

Diketahui kapal Tilongkabila seharusnya tiba di pelabuhan setempat, Rabu (15/6) sekira pukul 11.00 WITA namun karena bermasalah dengan membludaknya penumpang akhirnya baru bisa diberangkatkan siang ini sekitar pukul 13.15 WITA.

Sementara Kepala Syahbandar Pelabuhan Makassar Marwansyah mengatakan tidak berani mengambil resiko akibat membludaknya penumpang di kapal tersebut bila dipaksa untuk diberangkatkan.

"Tidak mungkin kapasitas kapal dipaksakan, jadi harus di kurangi. Kapasitas kapal hanya bisa sesuai batas toleransi paling banyak 1.700," katanya.

Pelaksana tugas General Manager PT Pelindo IV Makassar Yoseph Beny Rhoy pada kesempatan itu, mengatakan memang terjadi lonjakan penumpang akibat pihak travel mencetak lebih dari kekentuan yang ada.

"Berdasarkan informasi penumpang yang sudah diberangkatkan sekitar 1.700 dan masih tersisa 700 penumpang dan ada sekitar 500 penumpang lanjutan, totalnya sekitar tiga ribuan penumpang," bebernya.

Meski ini menjadi masalah PT Pelni namun pihak PT Pelindo Makassar tetap memberikan bantuan kepada penumpang dengan menampungnya di Terminal Car untuk sementara sembari menunggu kapal Ferry cepat Jet Liner dari Bau-bau, Sulawesi Tenggara.

"Kami sudah arahkan penumpang untuk ditampaung sementara di terminal Car agar lebih tertib dan aman. Fasilitas sperti air bersih dan kipas angin kita berikan untuk kenyamanan penumpang, biar bagaimana mereka ada dirumah kita harus di perhatikan," tambahnya.

Salah satu penumpang bernama Alex (27) asal Papua tujuan Bima mengaku kecewa atas pelayanan pelni karena ditinggalkan kapal karena sejumlah barang bawaanya ikut di kapal tersebut.

"Kapal itu bawa barang saya, bagaimana nanti ambilnya. Saya dan anak istri sedang hamil hanya punya pakaian di badan saja. Ini gara-gara dipin pong kesana kemari, kata petugas biar barang taruh diatas kapal dulu, begini jadinya. Saya beli tiket di Travel Agus jauh sebelumnya senilai Rp180 ribu," keluhnya.

Saat ingin dikonfirmasi terkait persoalan ini, pihak Travel Agus enggan berkomentar dan berkilah penjualan tiket berdasarkan permintaan penumpang meski itu tidak masuk dalam sistem online.

"Kami hanya mengikuti perintah saja dari pimpinan membuka layana penjualan tiket, dan dicetak tidak melalui online," ujar salah satu staf enggan disebutkan namanya dengan alasan privasi.

Berdasarkan pantauan hingga saat ini ratusan penumpang tunuan Labuan Bajo dan Bima masih tertahan dipelabuhan setempat menunggu kapal Ferry cepat Jet Liner. Beberapa penumpang berharap barang-barangnya dapat ditemukan kembali saat berada dipelabuhan Labuan Bajo dan Bima yang terikut KM Tilongkabila.

Pewarta : Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024