Makassar (ANTARA Sulsel) - Beragam aksi mewarnai peringatan Hari Anak Nasional baik dalam aksi simpatik, diskusi anak hingga seminar kesehatan di Rumah Sakit Siloam, di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu.

Berdasarkan pantauan aksi simpatik digelar Gerakan Masyrakat untuk Perlindungan Anak atau G_Emas Perak tergabung dari lembaga #Makkareso, #Lisan dan #AMP di bawah jembatan layang Makassar. Dalam aksinya mereka membenatangkan spanduk dan membagikan permen kepada pengguna jalan.

Direktur Eksekutif Lembaga Institut Studi Advokasi Media dan Anak atau Lisan, Rusdin Tompo mengatakan aksi ini sebagai bentuk kepedulian atas maraknya kekerasan dan perlakuan serta memperkerjakan anak-anak dibawah umur bahkan mengkonsumsi zat Adiktif berbahaya yang masih saja terjadi dipelbagai daerah.

Selain itu pihaknya menilai Kota Makassar belum layak dinyatakan Kota Ramah Anak, sebab sekelumit persoalan terjadi. Menurit dia, ada 31 kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadikan kota ramah anak. Salah satu kriterianya adalah pemilikan akte kelahiran anak di Makassar masih rendah.

"Diperkirakan belum sampai 80 persen warga memiliki akte kelahiran anaknya, padahal itu salah satu masuk kriteria kota ramah anak. Akte kelahiran itu kan sifatnya legal sebagai pengakuan atas status anak," bebernya.

Meski adanya program inovasi pemerintah setempat menciptakan Kota Makassar sebagai kota Ramah Anak, namun kata dia, fakta dilapangan berbeda sebab pendokumentasiannya dinilai buruk dilakukan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait.

"Masih banyak persoalan-persolan anak mesti dibenahi utamanya pada sisi regulasi, anggaran, partisipasi masyrakat termasuk keterlibatan SKPD terkait guna menciptakan program tersebut," kata mantan Ketua KPID Sulsel itu.

Secara terpisah, Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi Sulsel dalam diskusi bersama jurnalis dan pemerhati anak di Sulsel membahas tentang bagaimana peran serta semua pihak agar anak-anak generasi mendatang bisa mendapatkan pendidikan lebih layak, termasuk perlindukngan atas dampak kekerasan yang menjadi traumatik buat anak.

Diskusi warung kopi tersebut menghadirkan pembicara, Ketua LPA Sulsel, Program Manager MAMPU BaKTI Lusia Palulungan, Badan Pemberdayaan Perempuan Sulsel hadir pula pemerhati anak lainnya serta Ketua AJI Makassar Agam Qodri dan jurnalis lainnya. Diskusi tersebut mengangkat tema bersama menciptakan lingkungan yang ramah nyaman dan menyenangkan bagi anak di rumah dan lingkungan satuan pendidikan.

Sementara di tempat terpisah lainnya, Rumah Sakit (RS) Siloam Makassar juga menggelar Seminar bertajuk deteksi dini gangguan pendengaran pada anak usia dini di RS setempat jalan Metro Tanjung Bunga. Kegiatan tersenut sebagai bentuk sosialisasi kepada masyrakat dalam memperingati hari anak nasional.

Direktur RS Siloam, Dr Chenny Muljawan MARS dalam siaran persnya mengatakan seminar kesehatan itu bentuk kepedulian RS Siloam kepada masyarakat untuk memberikan pemahaman terkait topik kesehatan.

"Kami memang senngaja mengelar seminat ini secara terbuka dengan mengundang masyarakat agar mereka bisa terlibat dan menjangkaunya serta memahami arti kesehatan yang penting bagi anak-anak," ujarnya.

Kepala Badan Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (BPPA) Kota Makassar Tenri A Palallo dalam pesannya memperingati hari anak nasional mengatakan anak merupakan aset penting bagi sebuah generasi bangsa. Diperlukan pendidikan serta pengasuhan yang layak diberikan serta orang tua diharapkan mampu meningkatkan kualitas anak-anaknya.

"Pendidikan mesti nomor satu, tetapi pola pendidikan harus baik yang diberikan dan mengarah pada potensi yang kita punya. Selain itu bagaimana cara kita membangun karakter mereka agar siap dan kuat juga berani bersaing. Pendidikan di sekolah haruslah maksimal tapi perlu dicacat mereka juga burtuh ruang untuk bermain sambil belajar," tambah dia.

Pewarta : Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024