Makassar (ANTARA Sulsel) - Manajer "Corporate Affairs" PT Mars Symbioscience Indonesia Mohammad Khomaeny mengatakan kebun percontohan PT Mars di Kabupaten Luwu Timur mampu memproduksi hingga 3 ton biji kakao per hektare per tahun.

"Di sana (kebun percontohan), kami menunjukkan terutama kepada petani bahwa hasil yang bisa mereka capai itu bisa sampai 3 ton/ha, dibanding misalkan rata-rata pertanian dari petani kita yang sekitar 500-800 kilogram per hektare per tahun," kata Mohammad Khomaeny yang ditemui di Makassar, Jumat.

Ia mengatakan pihaknya menerapkan berbagai teknologi mulai dari penggunaan jenis klon baru, teknologi sambung samping, sambung pucuk dan lain lain.

"Kami juga menggunakan teknologi yang berkaitan dengan hama, pemupukan, dan pengelolaan tanah," ujarnya.

PT Mars, lanjutnya, juga telah berupaya menyebarluaskan informasi ini ke petani sehingga mereka mendapatkan informasi yang lebih baik untuk budidaya kakao.

"Ini jika dihubungkn dengan peningkatan kualitas, dan kuantitas produksi," katanya.

Sementara itu, Direktur "Corporate Affairs" PT Mars Symbioscience Indonesia Dani Priyono mengatakan pihaknya memang memiliki pengetahuan bagaimana meningkatkan produktivitas kakao, namun hal ini tidak berarti jika tidak dilakukan bersama dengan petani.

"Karena itulah kami berupaya membina para petani, namun ini tidak bisa dilakukan oleh Mars sendiri," kata dia.

Ia optimistis jika langkah PT Mars ini didukung oleh pemerintah dan pihak swasta lain, Indonesia mampu menjadi penghasil kakao terbesar nomor dua di dunia.

"Kita sangat potensial, dan ini harus kita tangkap sama-sama, bagaimana kita mewujudkan itu masing-masing punya peran tersendiri," pungkasnya.

Pewarta : Nurhaya J Panga
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024