Jayapura (ANTARA Sulsel) - Kalangan pengusaha biro perjalanan wisata yang tergabung dalam "Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita)" Provinsi Papua mengungkapkan bahwa sektor pariwisata tidak terpengaruh dengan kondisi kemahalan harga tiket penerbangan.

"Di tengah tingginya arus masuk ke Papua, dunia wisata tidak terganggu. Kami biasa-biasa saja," ujar Sekretaris Asita Papua, Gantang di Jayapura, Minggu.

Masalah harga tiket penerbangan yang kini terjadi lebih disebabkan karena tingginya arus penumpang ke Papua, dan wisatawan, khusus mancanegara, tidak pernah melakukan perjalan secara mendadak sehingga mereka tidak terpengaruh hal tersebut.

"mereka sudah beli minimum tiga bulan sebelum, bahkan ada yang lima bulan. Ini tamu-tamu kita untuk September tiketnya sudah pasti semua. Seperti saat festival lembah Baliem, turis tidak ada masalah tiket, dan mereka dapat harga termurah," kata dia.

Hanya Gantang mengaku bahwa pihaknya terkejut bila saat ini arus balik lebaran masih cukup tinggi. Namun sebenarnya hal tersebut lebih karena banyaknya penumpang masuk dengan keperluan lain, bukan masyarakat Papua yang sebelumnya mudik ke kampung halaman saat momen Idul Fitri.

"Ini memang kebanyakan kepentingan dinas, olahraga dan pekerjaan-pekerjaan yang tertunda saat lebaran. Prediksi kita dulu hanya sampai tiga minggu setelah lebaran, itulah arus balik yang kita perhitungkan," ujarnya lagi.

"Sempat juga saya kordinasi dengan airlines, mereka sendiri mengaku itu diluar prediksi mereka."
Terkait dengan isu kemahalan tiket karena maskapai menaikan harga, Gantang menjelaskan bahwa hal tersebut tidak benar. Menurutnya itu lebih karena masyarakat belum mengetahui sistem penjualan tiket penerbangan yang dibagi dalam berbagai kelompok harga.

"Jadi sebagian masyarakat belum paham tentang sistem penjualan tiket. Jadi itu sama diibaratkan ada pengelompokan harga di tiap penerbangan. Seperti harga termurah Garuda Rp2,7 juta itu cuma ada tujuh kursi, lalu setelah itu terbuka harga tiket di atasnya," katanya. 

Pewarta : Dhias Suwandi
Editor :
Copyright © ANTARA 2024