Makassar (ANTARA Sulsel) - Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar di awal musim hujan ini mulai melakukan pengerukan terhadap drainase sekunder di beberapa wilayah mengantisipasi terjadinya genangan dan banjir.

"Sekarang kita sedang melakukan pengerukan sedimentasi terhadap drainase sekunder agar aliran air di saat hujan berjalan lancar," ujar Kepala Dinas PU Makassar Muh Ansar di Makassar, Selasa.

Ia menjelaskan, drainase sekunder adalah saluran yang menghubungkan antara saluran tersier dengan saluran primer sehingga aliran air limbah berjalan lancar.

Beberapa drainase sekunder yang mulai dikerjakan, yakni di sepanjang ruas Jalan Hertasning yang kemudian terintegrasi dengan drainase lainnya serta ke Sungai Sinrijala.

"Drainase di Jalan Hertasning kita normalkan agar genangan cepat surut dan air bisa langsung menuju kanal atau ke Sungai Sinrijala. Normalisasi juga dilakukan bila mana permukaan air laut naik," katanya.

Bukan cuma saluran sekunder, sistem jaringan tersier yang merupakan saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder, berupa plesteran, pipa dan tanah juga dikeruk.

Selain itu, Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar dalam mengeruk semua drainase menghemat anggaran hingga Rp22 miliar dalam mengeruk sedimentasi selokan dan kanal di seluruh kota dalam satu tahun anggaran.

"Jadi pola dulu dan sekarang itu berbeda. Dulu itu kita mengeruk sedimentasi di semua selokan dan kanal dengan menggunakan jasa kontraktor, tapi sekarang sudah menggunakan jasa Satgas," ucapnya.

Dia mengatakan, sejak tahun anggaran 2015 dan sekarang 2016 ini, pihaknya menggunakan jasa tenaga pekerja harian yang disebut Satuan Tugas (Satgas) Drainase yang jumlahnya sekitar 440 orang.

Untuk membayar para tenaga harian dari Satgas Drainase ini, Dinas PU Makassar menganggarkan Rp16 miliar setiap tahunnya atau lebih murah Rp22 miliar dari anggaran sebelumnya yang dikerjakan oleh pihak ketiga yakni sekitar Rp38 miliar.

"Tahun 2014 itu kita menggunakan anggaran sebanyak Rp38 miliar yang dikerjakan oleh perusahaan atau kontraktor. Tapi sekarang, sudah jalan dua tahun ini kita justru mempekerjakan warga langsung dan hasilnya kita berhemat," katanya.

Ansar mengaku meskipun sudah menghemat hingga Rp22 miliar untuk mengeruk semua sedimentasi itu, tetap saja masih menimbulkan banyak genangan setiap kali hujan turun.

Namun genangan yang terjadi sekarang ini dibandingkan dengan dua tahun lalu diklaimnya sedikit lebih baik karena pada waktu itu pekerjaan dilakukan hanya pada satu kali kegiatan. Sedangkan sekarang dengan menggunakan tenaga satgas ini, setiap hari bisa dilakukan pengerukan.

"Itulah bedanya, sekarang ini satgas kita bekerja setiap harinya dan kalau ada laporan lagi langsung anggota satgas bergegas. Kalau dulu kan per kegiatan," katanya.

Pewarta : Muh Hasanuddin
Editor :
Copyright © ANTARA 2024