Gorontalo (ANTARA Sulsel) - Dampak banjir yang dialami Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo pada akhir Oktober 2016, menyebabkan kerugian sektor pertanian yang ditaksir sekitar Rp32 miliar.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boalemo, M. Muhamad, Kamis, mengatakan, pihaknya telah melakukan pengumpulan data berdasarkan masukan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait, sehingga total yang didapatkan sekitar Rp32 miliar.

Menurutnya, banyak lahan pertanian seperti padi yang siap panen akhirnya rusak, kemudian tanaman lain seperti jagung hingga tanaman holtikultura turut berdampak akibat banjir itu.

Sementara untuk kerugian dari sektor Perikanan belum dihitung. Hanya saja banjir bandang tersebut telah menghanyutkan sebanyak 4.500 ikan air tawar siap panen.

"Dinas Pekerjaan Umum juga belum menghitung total kerugian dari jebolnya lima tanggul. Jika ditotalkan panjangnya mencapai 300 meter," kata Muhammad.

BPBD merinci tanggul jebol berada di Desa Karya Mukti dan Tangkobu masing-masing hanya satu titik, sementara untu Desa Rejonegoro terdapat lima titik.

"Tanggul yang perbaiki dari Balai Sungai, dalam waktu dua minggu mereka akan memperbaikinya, mengingat pentingnya keberadaan tanggul tersebut," kata dia.

Sembari menunggu perbaikan, Muhamad mengaku terus berupaya membuat tanggul darurat di lima titik tersebut.

"Untuk itu kami memintakan kepada masyarakat yang berada di sekitar tanggul jebol, untuk lebih meningkatkan kewaspadaan. Sebab prediksi BMKG, curah hujan masih akan berlangsung hingga Desember," ujarnya.

Tambahnya, semua data berupa foto dan lain sebagainya mengenai kerusakan akibat bencana banjir yang akan di tanggung Boalemo, sudah dikirim ke BNPB pusat untuk segera ditndaklanjuti. 

Pewarta : Susanti Sako
Editor :
Copyright © ANTARA 2024