Makassar (Antara Sulsel) - Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Syahrul Yasin Limpo menegaskan tidak boleh ada sekolah tanpa Pramuka karena peran kepanduan itu sangat strategis dalam membangun generasi sekarang dan mendatang.

"Pramuka sangat strategis dan menentukan masa depan bangsa karena kegiatannya mengajarkan taat pada Tuhan, pada aturan, gotong royong dan bertoleransi," kata Syahrul pada Upacara Pelantikan dan Pengukuhan Majelis Pembimbing dan Pinsaka Widya Budaya Bakti Tingkat Daerah Sulawesi Selatan di Makassar, Kamis.

Gubernur yang juga Ketua Kwarda Pramuka Provinsi Sulsel ini, mengatakan, semua negara maju mengajarkan generasi muda mereka untuk cinta pada negara dan bangsanya, sekaligus toleransi pada sesamanya.

Di Indonesia, lanjut Syahrul, peran Pramuka menjadi strategis di tengah nasionalisme yang sudah semakin terkikis.

"Di era kecanggihan teknologi, sekarang justru masyarakat kita hidup dalam kebimbangan. Dalam gerakan Pramuka diajarkan bagaimana ketangguhan dan keseimbangan," tegasnya.

Menurut Syahrul, kecanggihan teknologi membuat generasi kita menghadapi dua dunia, yakni dunia maya dan dunia nyata, sehingga jika tidak diberikan pendidikan nasionalisme, mereka bisa tinggalkan negara Indonesia dan pindah ke negara lain.

"Pramuka harus mengambil peran untuk mengembalikan semangat nasionalisme anak-anak kita," ujarnya.

Sementara Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel Irman Yasin Limpo selaku Ketua Majelis Pembimbing Saka Widya Budaya Bakti, menginstruksikan pembentukan Saka Widya Budaya Bakti di tingkat kabupaten dan kota se-Sulsel.

Selanjutnya, disusul dengan pembentukan Pangkalan Saka Widya Budaya Bakti di tingkat SMA dan SMK.

"Saya berharap Dinas Pendidikan bersama Pramuka di kabupaten dan kota, secepatnya membentuk Saka Widya Budaya Bakti," kata Irman.

Kegiatan tersebut juga dirangkaikan dengan penandatanganan `memorandum of understanding (MoU)` antara Dinas Pendidikan Sulsel dengan Cambridge University.

Pewarta : Nurhaya J Panga
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024