Gorontalo (Antara Sulsel) - Harga cabai rawit pada sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, mencapai Rp110 ribu/kilo gram (kg).

Benny (46) salah satu penjual cabai rawit, Sabtu di Gorontalo mengatakan, harga cabai rawit masih tinggi mengingat pasokan ke daerah ini masih kurang.

"Saya masih membeli cabai rawit langsung dari petani cabai di daerah tetangga, diantaranya Kabupaten Gorontalo, mengingat stok cabai rawit di tingkat pengumpul lokal, seringkali kosong," ujarnya.

Setiap hari pasar berlangsung kata Benny, ia membatasi pembelian maksimal 10 kilo gram saja, mengingat harga cabai yang masih sangat tinggi.

Melly (37) salah satu konsumen di pasar Sabtu Posso, Kecamatan Kwandang, mengaku prihatin dengan tingginya harga jual cabai rawit yang sudah bertahan lama.

Biasanya, harga cabai yang tinggi hanya akan bertahan selama 4-6 minggu saja, namun kali ini bertahan lebih lama sehingga menyulitkan konsumen.

Melly mengaku, cabai rawit menjadi salah satu bahan pokok rempah-rempah bagi keluarganya, maka tingginya harga tersebut cukup berpengaruh pada pengeluaran konsumsi rumah tangga.

Sekretaris Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan setempat, Helmy Potutu mengaku, pihaknya terus memantau pergerakan harga komoditas pangan di daerah ini, termasuk cabai.

Menurut dia, cabai rawit telah berubah status dari komoditas pangan pelengkap atau bumbu dapur pelengkap menjadi komoditas rempah atau bumbu dapur utama.

Pasalnya kata dia, meski harga cabai naik signifikan namun tidak mempengaruhi tingkat pembelian, meski kuantitasnya berkurang.

Pihaknya mencatat, harga jual cabai rawit dengan tingkat kepedasan tinggi saat ini mencapai Rp100 ribu-Rp110 ribu/kg. Sedangkan cabai merah keriting masih bertahan Rp50 ribu/kg.

Pewarta : Susanti Sako
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024