Makassar (Antara Sulsel) - Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan II tahun 2017 diprediksi tumbuh pada kisaran 7,5 sampai 7,9 persen.

"Sementara secara keseluruhan berdasarkan pada `year of year (yoy)` pertumbuhan ekonomi tersebut berarti berpotensi lebih tinggi dari pencapaian tahun 2016 yang tumbuh 7,41 persen," kata Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulsel Wiwiek Sisto Widayat di Makassar, Kamis.

Dari sisi permintaan, kata dia, perekonomian Sulsel diperkirakan masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi PMTB.

Sementara dari sisi lapangan usaha, diperkirakan masih ditopang dari lapangan usaha industri pengolahan, konstruksi, transportasi, penyediaan akomodasi, real estate, jasa perusahaan, administrasi pemerintahan, jasa pendidikan, dan jasa kesehatan.

"Faktor-faktor pendorongnya adalah konsumsi dan daya beli yang semakin baik, perbaikan pendapatan dan pengeluaran pemerintah, peningkatan harga komoditas internasional," ujarnya.

Selain itu juga, tambah dia, diversifikasi ekspor ke Amerika dan Eropa, beroperasinya industri nikel yang lebih optimal, pembangunan infrastruktur, dan pembangunan industri pengolahan ikan.

Wiwiek mengatakan tekanan harga pada triwulan II 2017 diperkirakan berpotensi berada di atas kisaran sasaran inflasi nasional 4,0 persen plus minus 1,0 persen.

Ada pun faktor risiko yang masih menjadi tekanan inflasi tahun ini adalah perkembangan kenaikan harga minyak dunia, serta kebijakan

kenaikan harga yang diatur pemerintah pada pertengahan tahun 2017.

"Oleh karena itu, dibutuhkan upaya yang lebih kuat untuk menjaga ketersediaan dan distribusi pangan berjalan optimal, serta dukungan TPID di seluruh kabupaten dan kota secara optimal agar pergerakan inflasi dapat dijaga dalam kisaran tersebut.

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024