Makassar (Antara Sulsel) - Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Sulawesi Selatan Wiwiek Sisto Widayat merekomendasikan ke Pemprov Sulsel sebagai bagian dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk menjaga kelancaran distribusi sembilan bahan kebutuhan pokok.

"Pemprov harus dapat menjaga kelancaran distribusi dari wilayah surplus ke daerah yang membutuhkan karena surplus saja tidak cukup, jangan sampai ada barang yang dibutuhkan, tapi tidak ada," kata Wiwiek di Makassar, Rabu.

Menurut dia, Sulsel yang menjadi daerah penyangga nasional, kebutuhan pokoknya seperti beras, terigu, telur, daging dan sebaginya cukup banyak tersedia. Namun jika tidak diikuti dengan distribusi yang lancar pada saar Ramadhan, dikhawatirkan akan memicu inflasi.

Sementara mengenai inflasi di Sulsel, disebutkan bahwa pada posisi April 2017 mengalami inflasi sebesar 0,33 persen. Inflasi itu terutama disebabkan oleh peningkatan harga kelompok perumahan, air, listrik, gas da bahan bakar sebesar 1,13 persen (month to month)

Sedang kelompok lainnya yakni kelompok sandang 0,46 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,36 persen (year on year).

"Meskipun secara umum mengalami inflasi, namun kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar -0,31 persen (mtm)," katanya.

Hal itu terjadi karena didorong oleh penurunan harga cabai rawit, beras, ikan layang dan bawang merah.

Dengan inflasi pada April 2017, maka inflasi tahun kalender dan tahunan Sulsel tercatat masing-masing sebesar 2,03 persen (ytd) dan 4,16 persen (yoy). Inflasi Sulsel secara tahunan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan nasional 4,17 persen (yoy).

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024