Makassar (Antara Sulsel) - Pangsa pasar atau market share ekonomi syariah terus mengalami peningkatan signifikan hingga mencapai lima persen pada pertengahan tahun ini.
"Kesadaran masyarakat menggeluti ekonomi syariah mulai berkembang termasuk di Sulsel, perbankan syariah sebagai lembaga intermediasi dipandang dapat menggerakkan sektor riil," ucap Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Sulsel Mukhlis Sufri di Makassar, Kamis
Dalam kegiatan sosialisasi ekonomi dan keuangan syariah, kata dia, tidak hanya aspek perbankan syariah yang perlu dikembangkan. Tetapi juga wisata syariah, travel syariah, dan industri keuangan non bank.
"Mari masyarakatkan ekonomi syariah dan mensyariahkan ekonomi masyarakat menuju keuangan inklusif," ujar dia mendorong upaya tersebut direalisasikan.
Untuk itu, kata Mukhlis, perlu adanya penajaman strategi dalam rangka meningkatkan market share ekonomi syariah. Pertama melalui kerja sama antara penggiat, pemerhati, akademisi, dan pelaku bisnis syariah. Semuanya bersama-sama menggerakkan ekonomi syariah.
Kedua, perlu dibentuk lembaga seperti Klinik Bisnis Syariah (KBS), agar menjadi lembaga yang mengedukasi dan mendampingi masyarakat di bidang ekonomi syariah. Posisi strategis masjid, pesantren, dan kampus, sebutnya, dapat dijadikan sebagai lokasi KBS.
Selain itu, banyaknya masjid dan pesantren di Sulsel, menjadi potensi pengembangan ekonomi syariah.
"Dana tabarru, bisa dikembangkan. Jamaah masjid bisa menjadi pelaku sekaligus pasar, seperti pengurus masjid mendirikan mini market syariah. Syaratnya, dana masjid ditabung di bank syariah," harap dia.
Sementara Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Sulsel Kamaruddin Kamisi, ditempat yang sama, menjelaskan, saat ini perbankan syariah giat mensosialisasikan literasi keuangan syariah.
"Tentunya melalui pendekatan persuasif kepada masyarakat, diantaranya sosialisasi mulai dari SD, SMP, SMA, Perguruan tinggi," tutur dia.
Kamaruddin berharap peran mubalig membantu tugas perbankan syariah. Sehingga harapannya pada ulama ikut andil dalam mensosialisasikan sistem perbankan syariah di Sulsel.
Selain sosialisasi, perbankan syariah juga giat dalam meningkatkan pelayanan kepada nasabah. Karena peluang ekonomi syariah masih jauh lebih besar, mengingat orang Sulsel bisa 3-4 kali setahun menunaikan ibadah umroh.
Sebelumnya, kegiatan sosialisasi ekonomi dan keuangan syariah terlaksana atas kerja sama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional VI Wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), dan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Provinsi Sulsel di Hotel Singgasana, Makassar.
Bertindak pemateri dalam sosialisasi yakni Ketua MES Sulsel Mukhlis Sufri, Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Sulsel, Kamaruddin Kamisi Kepala Cabang BRI Syariah Makassar Bambang Sutedjo, dan mantan Ketua Asbisindo Sulsel Abdul Gafar Lewa sebagai moderator.
Dalam sosialisasi tersebut, hadir akademisi, pelaku UKM, Baitul Mal wat Tamwil (BMT), koperasi, dan ormas Islam, termasuk pengurus Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulsel.
"Kesadaran masyarakat menggeluti ekonomi syariah mulai berkembang termasuk di Sulsel, perbankan syariah sebagai lembaga intermediasi dipandang dapat menggerakkan sektor riil," ucap Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Sulsel Mukhlis Sufri di Makassar, Kamis
Dalam kegiatan sosialisasi ekonomi dan keuangan syariah, kata dia, tidak hanya aspek perbankan syariah yang perlu dikembangkan. Tetapi juga wisata syariah, travel syariah, dan industri keuangan non bank.
"Mari masyarakatkan ekonomi syariah dan mensyariahkan ekonomi masyarakat menuju keuangan inklusif," ujar dia mendorong upaya tersebut direalisasikan.
Untuk itu, kata Mukhlis, perlu adanya penajaman strategi dalam rangka meningkatkan market share ekonomi syariah. Pertama melalui kerja sama antara penggiat, pemerhati, akademisi, dan pelaku bisnis syariah. Semuanya bersama-sama menggerakkan ekonomi syariah.
Kedua, perlu dibentuk lembaga seperti Klinik Bisnis Syariah (KBS), agar menjadi lembaga yang mengedukasi dan mendampingi masyarakat di bidang ekonomi syariah. Posisi strategis masjid, pesantren, dan kampus, sebutnya, dapat dijadikan sebagai lokasi KBS.
Selain itu, banyaknya masjid dan pesantren di Sulsel, menjadi potensi pengembangan ekonomi syariah.
"Dana tabarru, bisa dikembangkan. Jamaah masjid bisa menjadi pelaku sekaligus pasar, seperti pengurus masjid mendirikan mini market syariah. Syaratnya, dana masjid ditabung di bank syariah," harap dia.
Sementara Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Sulsel Kamaruddin Kamisi, ditempat yang sama, menjelaskan, saat ini perbankan syariah giat mensosialisasikan literasi keuangan syariah.
"Tentunya melalui pendekatan persuasif kepada masyarakat, diantaranya sosialisasi mulai dari SD, SMP, SMA, Perguruan tinggi," tutur dia.
Kamaruddin berharap peran mubalig membantu tugas perbankan syariah. Sehingga harapannya pada ulama ikut andil dalam mensosialisasikan sistem perbankan syariah di Sulsel.
Selain sosialisasi, perbankan syariah juga giat dalam meningkatkan pelayanan kepada nasabah. Karena peluang ekonomi syariah masih jauh lebih besar, mengingat orang Sulsel bisa 3-4 kali setahun menunaikan ibadah umroh.
Sebelumnya, kegiatan sosialisasi ekonomi dan keuangan syariah terlaksana atas kerja sama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional VI Wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), dan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Provinsi Sulsel di Hotel Singgasana, Makassar.
Bertindak pemateri dalam sosialisasi yakni Ketua MES Sulsel Mukhlis Sufri, Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Sulsel, Kamaruddin Kamisi Kepala Cabang BRI Syariah Makassar Bambang Sutedjo, dan mantan Ketua Asbisindo Sulsel Abdul Gafar Lewa sebagai moderator.
Dalam sosialisasi tersebut, hadir akademisi, pelaku UKM, Baitul Mal wat Tamwil (BMT), koperasi, dan ormas Islam, termasuk pengurus Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulsel.