Makassar (ANTARA) - Listrik PLN melalui Program Electrifying Agriculture (EA) dari PT PLN (Persero) sukses membantu pompanisasi sawah bagi petani di Sulawesi Selatan dalam menghemat biaya produksi hingga 75 persen per bulan.
General Manajer PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar) Budiono mengatakan program Electrifying Agriculture PLN hadir untuk membantu meningkatkan produktivitas usaha masyarakat di bidang pertanian, perkebunan, hingga perikanan.
"Kami akan terus berinovasi dan memberikan pelayanan terbaik dengan sistem kelistrikan yang andal dan membawa manfaat bagi masyarakat. Tidak hanya sekedar menerangi, tetapi juga mampu menggerakkan roda perekonomian dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat," kata Budiono..
Budiono juga menambahkan, program Electrifying Agriculture ini akan menjadi terobosan bagi para pelaku usaha untuk meningkatkan produktivitas dan dapat meningkatkan tingkat efisiensi biaya operasional.
"Alhamdulillah saat ini sudah banyak petani yang sudah mulai beralih ke Electrifying Agriculture dan merasakan manfaat yang sama dari sistem kelistrikan yang dimiliki PLN," kata Budiono.
Dalam rangka mendukung program ketahanan pangan dari pemerintah, PLN juga terus menggenjot program Electrifying Agriculture (EA) dengan meningkatkan layanan untuk kebutuhan listrik petani dan peternak khususnya di Provinsi Sulawesi, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat.
Ia menjelaskan, PLN berkomitmen untuk mendorong pendapatan dan produktivitas petani melalui program Electrifying Agriculture. Salah satunya dengan terus meningkatkan jumlah petani dan peternak yang merasakan manfaat program Electrifying Agriculture.
Budiono merinci per Desember 2024 total pelanggan Electrifying Agriculture di provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat adalah sebanyak 3.820 pelanggan dengan total daya terpasang untuk sebesar 191.618 kiloVolt Ampere (kVA).
Patahuddin, petani di Kelurahan Butunusu, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan yang telah merasakan keuntungan program EA PLN mengemukakan kemudahan proses pengairan dan biaya operasional yang jauh lebih hemat.
Sebelumnya ia hanya mengandalkan intensitas air hujan dan pompa air dengan bahan bakar minyak (BBM) sebagai sumber utama pengairan sawah.
Ia mengaku dengan 150 liter BBM per bulannya ia harus menghabiskan total biaya sebesar Rp900 ribu.
"Sekarang setelah menggunakan listrik daya 5.500 Volt Ampere, saya hanya menghabiskan Rp350 ribu untuk membeli token listrik per bulannya. Berkat listrik, biaya operasional jauh lebih hemat sampai 61 persen dan tidak perlu repot-repot mengantre beli BBM," kata Patahuddin.
Patahuddin mencatat, selain penghematan biaya operasional dengan hadirnya listrik, pengairan sawahnya bisa lebih maksimal. Sebelumnya, dengan BBM ia hanya bisa mengairi tiga petak sawah per harinya dan sekarang dengan listrik PLN sawah yang bisa teralirkan air bisa mencapai 5 petak per harinya.
Di sisi lain, Hasbi, salah seorang petani bawang merah di Desa Saruran, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan mengaku mampu menghemat biaya operasional sampai 75 persen setelah memanfaatkan listrik PLN menggantikan operasional diesel yang biasa digunakannya.
Sebelumnya, Hasbi mengaku menghabiskan biaya operasional sebesar Rp5,2 juta per panen dengan menggunakan mesin diesel. Namun, kini kebunnya hanya membutuhkan biaya Rp1,3 juta per panen melalui program EA dengan daya listrik terpasang sebesar 10.600 Volt Ampere (VA).
"Dengan kata lain, jika satu tahun bisa memanen enam kali, maka secara kumulatif bisa menghemat sebesar Rp23,4 juta per tahun. Hadirnya listrik juga sangat mempermudah kami dalam pengoperasian mesin pompa air, hanya tinggal menekan tombol saja," ujar Hasbi.
Hasbi menambahkan, listrik tidak hanya berdampak positif bagi penghematan operasional tetapi juga berpengaruh kepada peningkatan kapasitas produksi.
Menurutnya, sebelum menggunakan listrik, produksi bawang merah hanya 45 ton bawang merah per tahun, kemudian meningkat menjadi 48 ton per tahun setelah menggunakan listrik.
Dengan meningkatnya kapasitas produksi, penghasilannya pun juga meningkat menjadi Rp69 juta per tahun.