Moskow (Antara Sulsel) - Pengalaman yang diceritakan oleh Dubes RI untuk Rusia dan Belarusia M Wahid Supriyadi berikut ini bisa menjadi pelajaran berharga yang tampaknya tak boleh terulang lagi dalam strategi memasarkan produk Indonesia di luar negeri.

Pada 21 Agustus tahun lalu, dalam rangkaian Festival Indonesia pertama di Moskow, Rusia, 20-21 Agustus 2016, Dubes bersama pengusaha Rahmat Gobel yang juga mantan Menteri Perdagangan, meninjau mall besar di Moskow yang khusus diperuntukan bagi negara-negara Muslim atau berpenduduk Muslim memasarkan berbagai produknya di Rusia.

Dubes kemudian menawarkan ke berbagi perusahaan di Tanah Air yang produknya bersertifikat halal untuk memajang barang-barang dagangannya di mall tersebut.

Namun lama tak mendapat respons.  Setelah berbagai perusahaan ada yang berminat ternyata mall tersebut sudah penuh diisi oleh negara-negara Muslim atau berpenduduk Muslim lain.

Tertutuplah peluang Indonesia memasarkan produknya di tempat strategis yang permanen di Rusia.

Peluang Indonesia terbuka kembali setelah ada Food City Rusia.

"Kita nggak mau kecolongan lagi, lalu diupayakanlah kita mendapat satu paviliun untuk tempat para pengusaha swasta nasional memasarkan produknya di Food City Rusia," kata Dubes.

Food City Rusia merupakan pasar besar permanen seluas 128 hektare yang memberi tempat bagi berbagai negara untuk memajang berbagai hasil produk untuk dipasarkan di Rusia dan negara-ngara di sekitarnya.

Terdapat 180 negara termasuk Indonesia yang telah membuka paviliun di Food City Rusia untuk memasarkan berbagai produk dagangnya ke Rusia dan berbagai negara di sekitarnya atau yang dikenal dengan Eurasia Economic Union.

Berbagai negara yang masuk menjadi anggota dan peninjau dari Uni Ekonomi Eurasia itu adalah Rusia, Armenia, Belarusia, Kazakstan, Kyrgyzstan,  Mongolia, Tajikistan, Mongolia, dan Suriah.

Alhasil dilakukanlah "softlaunching" paviliun Indonesia oleh Dubes bersama Rahmat Gobel pada April lalu di Food City Rusia.

Paviliun Indonesia terletak di gedung blok 15 di lantai 2, tepat berada di depan paviliun Israel dan Republik Dagestan.

Vietnam, Macedonia, Iran, Pakistan, serta berbagai negara lain juga membuka paviliun mereka.

Paviliun Indonesia yang diluncurkan pada April lalu sebagai upaya dari pengusaha swasta Rahmat Gobel yang juga mantan Menteri Perdagangan.

Manajemen Paviliun Indonesia dikelola oleh Helga Kumontoy yang juga Presdir PT Global MICE Indonesia.

Nah, dalam rangkaian Festival Indonesia kedua yang diselenggarakan Kedutaan Besar RI Moskow pada 4-6 Agustus 2017, Menteri Perdagangan berkesempatan meninjau paviliun Indonesia.

Di paviliun itu terpajang berbagai produk dari beberapa perusahaan swasta terkemuka seperti mie instan, kecap, minyak goreng, makanan dan minuman, dalam jumlah yang kurang banyak dibandingkan dengan produk Indonesia.

Dubes Wahid menambahkan bahwa dari sekitar 20 perusahaan swasta yang berpartisipasi di paviliun Indonesia di Food City, saat ini yang baru terealisasi sebanyak sembilan perusahaan.

Mekanisme pemasaran produk di Food City dilakukan melalui "business to business" atau antarpengusaha swasta dari Indonesia dan Rusia.

Tampilan seperti itu tampaknya tidak membuat Menteri Perdagangan berpuas hati.

Enggartiasto Lukita tampak kurang puas dengan display berbagai produk makanan Indonesia di Food City Rusia.

Dia menyampaikan kepada Rahmat Gobel bahwa tampilan seperti yang dilihatnya adalah salah konsep karena tidak memperlihatkan importir dan distributor yang menyalurkan produk Indonesia untuk masuk di pasaran Rusia dan berbagai negara di sekitarnya.

Menurut Enggartiasto, seharusnya ada dua atau tiga importir dan distributor besar Rusia yang bisa dipercaya untuk memasarkan berbagai produk Indonesia di negeri Beruang Merah dan negara-negara di sekitarnya.

Importir dan distributor Rusia ini bila sudah ada bakal dipertemukan dengan para pengusaha nasional yang lebih banyak lagi sehingga makin meningkatkan berbagai produk Indonesia di luar negeri.

"Kita jangan main di skala kecil. Potensi Indonesia sangat besar," katanya.

Enggartiasto menegaskan bahwa meskipun hanya memajang produk Indonesia, pihak pengelola paviliun Indonesia harus bisa memperlihatkan importir dan distributor dari Rusia yang memasarkannya agar nilai perdagangannya masuk dalam skala besar.

"Jadi harus ada importir dan distributornya di sini," katanya dalam peninjauan yang juga didampingi oleh Dubes RI untuk Rusia dan Belarusia M Wahid Supriyadi.

Mendag mengatakan Food City di Rusia ini seharusnya dijadikan tempat promosi besar yang efektif dan strategis bagi produk dagang Indonesia.

Dubes Wahid menambahkan bahwa dari sekitar 20 perusahaan swasta yang berpartisipasi di paviliun Indonesia di Food City, saat ini yang baru terealisasi sebanyak sembilan perusahaan.

Mekanisme pemasaran produk di Food City dilakukan melalui "business to business" atau antarpengusaha swasta dari Indonesia dan Rusia.

Rusia memiliki peranan penting dalam hubungan dagang Indonesia. Rusia menjadi pintu gerbang produk Indonesia ke zona Uni Ekonomi Eurasia, yang terdiri dari Rusia, Belarus, Kazakhstan, Armenia, dan Kyrgyzstan.

Rusia juga merupakan pasar nontradisional terbesar untuk produk dan jasa layanan Indonesia di Eropa Tengah dan Timur.

Tahun lalu, perdagangan antara Indonesia dan Rusia mencapai 2,11 miliar dolar AS, di mana Indonesia mengantongi surplus sebesar 411 juta dolar AS. Nilai perdagangan tersebut mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan nilai pada 2015 sebesar 1,9 miliar dolar AS.

Ekspor nonmigas Indonesia ke Rusia tumbuh sebesar 8,5 persen dalam lima tahun terakhir dengan nilai ekspor pada tahun 2016 sebesar 1,3 miliar dolar AS.

Pada periode Januari-Mei 2017, total perdagangan Indonesia-Rusia juga mengalami peningkatan sebesar 54,43 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan nilai perdagangan sebesar 1,12 miliar dolar AS.

Indonesia surplus 77,45 juta dolar AS dengan nilai ekspor sebesar 599,97 juta dan nilai impor sebesar 522,52 juta dolar AS. Produk ekspor utama Indonesia ke Rusia antara lain kelapa sawit dan turunannya, kopi, karet, minyak kelapa, dan coklat.

Mengingat volume perdagangan Indonesia dan Rusia besar maka perlu strategi yang jitu dalam mempertahankan dan meningkatkan perdagangan pada masa-masa mendatang.

Indonesia juga harus jeli menangkap setiap peluang di negeri Beruang Merah itu.

Pewarta : Budi Setiawanto
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024