Makassar (Antara Sulsel)- Pengamat film yang juga wartawan senior Hardo Sukoyo mengakui, produksi film dokumenter saat ini mulai menggeliat seiringan dengan besarnya respon masyarakat internasional terhadap produk tersebut.
"Sekarang ini mulai ramai karena pasar luar negeri. Salah satu film dokumenter yang diputar kemarin (tari perut) itu begitu disukai di luar negeri," kata Hardo Sukoyo, di Makassar, Selasa
Menurutnya, film dokumenter memiliki pangsa pasar tersendiri di berbagai negara di Eropa serta Amerika dan itu bisa dimanfaatkan sebagai peluang bisnis yang menguntungkan.
Ia menjelaskan, film dokumenter itu memiliki keunggulan tersendiri karena tidak ada fiksi atau rekayasa di dalamnya.
"Artinya merupakan hasil tangkapan kamera nyata dari para pembuatnya. Untuk film ini sendiri, terdiri dari beberapa jenis seperti dokumen murni, semi dokumenter dan kata-kata. Seluruh jenis ini memiliki pangsa pasar yang besar di luar negeri," ujarnya..
Menurut dia, film dokumenter bukan untuk ditayangkan dalam sebuah festival namun memang diputar di tempat pemutaran film yang banyak didatangi penonton.
"Artinya dari segi ekonomi, tentu menjadi hal yang begitu positif," tambahnya.
"Di IKJ itu, setiap mahasiswanya diharuskan menggarap film dokumenter sebelum masuk ke film biasa. Jadi perkembangannya memang begitu baik dan ini tentunya perlu dijaga,' kata .Hardo Sukoyo.
Mengenai kondisi di Indonesia sendiri yang masyarakatnya belum begitu tertaraik untuk mengeluarkan uang demi menonton film dokumenter, hal itu memang diakui dan perlu melakukan beberapa inisiatif untuk bisa mengubah.
"Di Indonesia itu memang kurang respon namun hal itu berbeda di luar negeri. Untuk kualitasnya, banyak sutradara terkenal yang dulunya merupakan pemuat film dokumenter," ujarnya.
Terkait jenis film dokumenter apa yang disukai masyarakat internasional, dirinya mengaku film yang durasinya panajang sampai 30 menit.
"Film dokumenter itu biasanya tidak direncanakan, diambil gamabar dulu baru dikumpulkan untuk menjadi sebuah film,"sebutnya.
"Sekarang ini mulai ramai karena pasar luar negeri. Salah satu film dokumenter yang diputar kemarin (tari perut) itu begitu disukai di luar negeri," kata Hardo Sukoyo, di Makassar, Selasa
Menurutnya, film dokumenter memiliki pangsa pasar tersendiri di berbagai negara di Eropa serta Amerika dan itu bisa dimanfaatkan sebagai peluang bisnis yang menguntungkan.
Ia menjelaskan, film dokumenter itu memiliki keunggulan tersendiri karena tidak ada fiksi atau rekayasa di dalamnya.
"Artinya merupakan hasil tangkapan kamera nyata dari para pembuatnya. Untuk film ini sendiri, terdiri dari beberapa jenis seperti dokumen murni, semi dokumenter dan kata-kata. Seluruh jenis ini memiliki pangsa pasar yang besar di luar negeri," ujarnya..
Menurut dia, film dokumenter bukan untuk ditayangkan dalam sebuah festival namun memang diputar di tempat pemutaran film yang banyak didatangi penonton.
"Artinya dari segi ekonomi, tentu menjadi hal yang begitu positif," tambahnya.
"Di IKJ itu, setiap mahasiswanya diharuskan menggarap film dokumenter sebelum masuk ke film biasa. Jadi perkembangannya memang begitu baik dan ini tentunya perlu dijaga,' kata .Hardo Sukoyo.
Mengenai kondisi di Indonesia sendiri yang masyarakatnya belum begitu tertaraik untuk mengeluarkan uang demi menonton film dokumenter, hal itu memang diakui dan perlu melakukan beberapa inisiatif untuk bisa mengubah.
"Di Indonesia itu memang kurang respon namun hal itu berbeda di luar negeri. Untuk kualitasnya, banyak sutradara terkenal yang dulunya merupakan pemuat film dokumenter," ujarnya.
Terkait jenis film dokumenter apa yang disukai masyarakat internasional, dirinya mengaku film yang durasinya panajang sampai 30 menit.
"Film dokumenter itu biasanya tidak direncanakan, diambil gamabar dulu baru dikumpulkan untuk menjadi sebuah film,"sebutnya.