Kupang (Antara Sulsel) - PT PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Timur mencatat sebanyak 115 mega watt (MW) potensi energi panas bumi di Pulau Flores yang dikembangkan dalam rencana pengembangan pembangkit listrik tenaga energi baru terbarukan (EBT).

        "Jumlah potensi energi panas bumi (geothermal) di Pulau Flores itu sudah masuk dalam rencana pengembangan pembangkit listrik EBT tahun 2017-2026," kata Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali, dan Nusa Tenggara PT PLN (Persero) Djoko R Abumanan di Kupang, Selasa.

        Ia mengatakan, PLN terus fokus mengerjakan pembangkit-pembangkit listrik yang memanfaatkan kearifan lokal sesuai potensi setiap daerah.    
   Salah satunya pengembangan panas bumi di Pulau Flores yang telah ditetapkan sebagai Pulau Panas Bumi berdasarkan Keputusan Menteri ESDM nomor 2268 K/30/MEM/2017 tanggal 19 Juni 2017 lalu.

        "Untuk saat ini pengembangan yang dilakukan itu ada di Ulumbu dan Mataloko, dan itu merupakan geothermal dari PLN yang pertama di Indonesia," katanya.

        "Karena memang yang diharapkan itu kearifan lokal lah yang diutamakan dalam pengembangan sumber-sumber pembangkit listrik baru," katanya menambahkan.

        Data PLN menyebut terdapat sejumlah potensi energi panas bumi yang masuk dalam peta rencana pengembangan PLN yakni Waisano Kabupaten Manggarai Barat 5 MW, Lesugolo 5 MW dan Ulumbu 45 MW di Kabupaten Manggarai.

        Selain itu, 20 MW di Mataloko Kabupaten Ngada, 20 MW di Sokoria Kabupaten Ende, dan Oka Ile Ange di Kabupaten Flores Timur sebesar 10 MW.

        Terdapat pula potensi panas bumi di sejumlah daerah lainnya seperti di Atade Kabupaten Lembata sebsar 10 MW dan Gunung Sirung Kabupaten Alor 5 MW.

        Abumanan menyebut, selain panas bumi di Pulau Flores sejumlah wilayah lainnya di NTT juga memiliki potensi EBT yang masuk dalam rencana pengembangan seperti tenaga surya di Pulau Timor, tenaga air (mikro hidro) dan tenaga bayu di Pulau Sumba.

        "Untuk pembangkit tenaga surya sudah ada di Pulau Timor dan pertama yang terbesar di Indonesia itu ada di Kabupaten Kupang sebesar 5 MW," katanya.

        Ia berharap, pengembangan EBT dalm jangka panjang itu secara bertahap dapat menjawab kebutuhan listrik masyarakat dan rasio elektrifikas di NTT yang sebelumnya masih tertinggal dibanding daerah lainnya di Indonesia.

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor :
Copyright © ANTARA 2024