Bulukumba (Antaranews Sulsel) - Beberapa tahun terakhir ini Desa Kahayya Kabupaten Bulukumba sudah menjadi perbincangan berbagai kalangan.

Desa yang terletak di pegunungan yang berjarak sekitar 35 Kilometer dari kota Bulukumba atau sekitar 180 kilometer dari kota Makassar, dikenal sebagai penghasil kopi Kahayya dan sudah menjadi salah satu destinasi wisata yang sering dikunjungi oleh pengunjung dari luar Bulukumba.

Tidak terkecuali dari para blogger yang datang ke desa tersebut untuk menjejaki dan memotret denyut kehidupan masyarakat Kahayya yang memiliki panorama alam yang indah.

Dulu Desa Kahayya adalah daerah terpencil dan hanya memiliki jalan setapak untuk mencapai wilayah tersebut.

Namun beberapa tahun terakhir ini, wilayah tersebut kini sudah menggeliat dan menjadi salah satu tujuan wisatawan untuk menikmati eksotisme alam yang memukau karena dibentengi oleh gugusan gunung dan bukit, hulu sungai balantieng, dan suhu udara yang menyejukkan

Geliat Kahayya itu tidak terlepas dari perhatian Pemerintah Kabupaten Bulukumba yang terus melakukan berebagai upaya agar kawasan itu menjadi destinasi wisata yang menyenangkan sekaligus membuat nyaman para wisatawan.

Pembangunan infrastruktur seperti jalanan dan jembatan terus digenjot, begitu pula komoditas kopi Kahayya, terus dikelola dan dipasarkan dengan berbagai cara.

Melalui program peduli Sulawesi Community Foundation (SCF) yang membawa 20 orang blogger asal Makassar dan luar Provinsi Sulsel ke Desa Kahayya untuk mengeksplour pesona desa pegunungan itu.

Para blogger diajak bertualang melalui kegiatan "Field Trip" atau kunjungan lapangan setelah sebelumnya melaksanakan workshop di Makassar.

Mereka tiba di Kahayya Senin tengah malam (18/12) menggunakan empat unit mini bus dan hanya menginap semalam.

Sebelum meninggalkan Kota Bulukumba, para blogger sempat berbincang dengan pemerintah setempat yang diwakili oleh Asisten Administrasi Pembangunan Djunaidi Abdillah dan Amran Syaukani dari Bappeda.

Program Manajer SCF Mulyadi menyampaikan, kegiatan yang menghadirkan para blogger itu sebagai upaya membantu mempromosikan secara luas potensi Kahayya itu sendiri.

Kahayya, lanjut Mulyadi adalah contoh dari sebuah semangat dari warga dan pemerintahnya dalam membangun dan mengembangkan wilayahnya.

“Boleh dikata dulu Kahayya ini daerah tertinggal diantara semua wilayah di Bulukumba. Namun dengan semangat dan rasa optimisme, daerah ini sudah berkembang begitu cepat, orang-orang berdatangan untuk menikmati kampung ini,” ujar Mulyadi

Perubahan dan perkembangan itulah tambah Mulyadi menjadi hal yang diteropong oleh para penggiat blogger tersebut.

Mereka akan menuliskan tentang semangat perubahan itu dan tekad dari para "stakeholder" atau pemangku kepentingan untuk mengembangkan Kahayya menjadi lebih baik.

Tulisan dari para blogger itu sendirinya diperlombakan untuk mencari tulisan yang terbaik.

Sementara itu Djunaidi Abdillah mengatakan bahwa memang Kahayya tidak bisa dibangun oleh satu pihak saja.

Olehnya itu Pemkab Bulukumba melalui beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terlibat aktif dan berbagi peran dalam mengembangkan Kahayya.

"Istilahnya Kahayya ini 'dikeroyok' ada yang fokus membangun infrastrukturnya seperti jalannya, ada yang fasilitasi pengelolaan dan pengolahan produk kopinya. Intinya pengembangan Kahayya itu tujuannya untuk kesejahteraan masyarakatnya itu sendiri. Kami berharap masyarakat Kahayya tidak menjadi penonton di kampungnya sendiri,” papar Djunaidi, saat pertemuan dengan para Blogger di Hotel FajarQ.

Dengan kolaborasi antara warga, pemerintah desa dan elemen lainnya, Kahayya lanjut dia, akan menjadi wilayah yang semakin berkembang, dan menjadi tujuan wisata favorit.

Namun, demikian, mantan Kadis Pariwisata itu mengingatkan, pengembangan wilayah Kahayya tetap mempertahankan hutannya sehingga tetap lestari.

“Jika hutan di sana (Kahayya) rusak, maka akan berdampak pada wilayah di bawahnya. Makanya saat ini, melalui LIPI kita mendorong hutan Kahayya menjadi kebun raya,” tutur Djunaidi Abdillah.

Pewarta : Syamsurya Pratama
Editor : Amirullah
Copyright © ANTARA 2024