Makassar (Antaranews ) - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sulawesi Selatan kembali mensosialisasikan pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Gubernur Sulsel 2018 dan Pemilu 2019 guna mendorong partisipasi pemilih milenial atau pemilih muda dijaman now.

"Harapan kami mahasiswa tidak hanya sebagai pemilih tapi berharap menjadi agen perubahan dengan mensosialisasikan kepada masyarakat," papar Ketua KPU Sulsel Iqbal Latief dalam kegiatan KPU Goes To Kampus di Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu.

Menurut dia, berdasarkan data yang diperoleh khusus mahasiswa UNM tercatat sebanyak 32 ribu yang berdomisili bukan hanya di Makassar tapi tersebar di seluruh Sulsel, sehingga ini bisa menjadi potensi besar dalam membantu KPU meningkatkan partisipasi pemilih.

Tidak hanya itu, khusus pelaksanaan Pemilihan Gubernur Sulsel, kata dia, sosialisasi dijaman teknologi informasi serba cepat cukup memudahkan mengingat dari sembilan juta lebih penduduk Sulsel, mayoritas memanfaatkan teknologi dengan menggunakan ponsel pintar.

"Perkembangan jaman saat ini sangat cepat apalagi di media sosial. Saya kira kita sudah melakukan pendekatan-pendekatan dengan media online untuk penyebaran informasi serta memanfaatkan media sosial untuk sosialisasi," ujarnya dihadapan mahasiswa.

Untuk itu, lanjutnya, pihaknya menyikapi secara serius perkembangan jaman tersebut dan tidak lagi menggunakan pendekatan konvensional. Terpenting, ujar Iqbal, adalah network society atau jaringan sosial terus diperkuat di tengah masyarakat.

"Saat ini semua sudah digitalisasi, mau melihat terdaftar atau tidak sebagai pemilih tinggal buka internet melalui Sidali, semua sudah berbasis IT. Hanya saja masih ada dua tahapan yang tidak bisa di digitalisasi yakni rekapitulasi dan pemungutan suara, harus konvensional," beber dia.

KPU Sulsel berharap agar pemilih pemula atau pemilih milineal bisa ikut berperan aktif mengikuti tahapan dan berpartisipasi aktif khususnya pemutakhiran data pemilih, kampanye dan menyalurkan hak pilihnya, mengingat dari tahun ke tahun partisipasi pemilih stagnan.

"Indikator suksesnya Pemilu adalah partisipasi pemilih tinggi dan tidak ada konflik. Kalau partisipasi rendah dan terjadi konflik maka dianggap gagal, namun bila partisipasi tinggi meski ada konflik tapi tidak besar itu dianggap berhasil," tambah dia.

Sementara Wakil Rektor II UNM Karta Jayadi pada kesempatan sosialisasi itu mengatakan, mahasiswa adalah salah satu pemilih cerdas, makanya harus berfikir melatih pemimpin mana yang layak dipilih baik itu di Pilkada Gubernur, Bupati wali Kota hingga Presiden dan Wakil Rakyat.

Menurutnya, pemilih cerdas tidak kampungan karena pemahamannnya jauh lebih baik dari masyarakat awam kebanyakan. Hal ini mengingat demokrasi yang berjalan kini tidak terbatas berbanding terbalik dengan pemahaman musyawarah mufakat.

"Kalau ada yang Golput (Golongan Putih) itu berarti Bencong. Saya berharap mahasiswa berani bertaruh mana calon yang dianggap layak, humanis, punya integritas, jujur dan bersih. Kalau masih ada yang baik kenapa tidak itu dipilih," katanya.

Dalam kegiatan Goes To Kampus dilaksanakan KPU Sulsel bekerja sama dengan Komunitas Peduli Pemilu dan Demokrasi (KPPD) juga menghadirkan pembicara Mantan Ketua KPU Pusat Juri Ardiantoro, Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Prof Muhammad dipandu Komisioner KPU Sulsel Faisal Amir.

Sosialisasi pada kegiatan KPU Goes To Kampus di UNM Mengangkat tema Pemilih Milineal, No Rasis, No Golput, No Hoax dan Cerdas Memilih yang bertujuan memberikan pembelajaran politik bagi pemilih pemula dalam meningkatkan partisipasi pemilu 2018 dan 2019.

Pewarta : M Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024