Maros (Antaranews Sulsel) - Jika dilihat dari pendapatan ekonomi, tukang perahu yang beraktivitas di lokasi wisata Rammang-Rammang memang belum bisa dibandingkan dengan pemasukan yang diterima pengemudi Gondola (perahu tradisional) di Venesia, Italia.

Biaya yang harus dikeluarkan oleh wisatawan yang ingin menikmati keindahan dan suasana romantis di Venesia, tentunya jauh lebih tinggi. Apalagi para wisatawan memang membayar menggunakan dolar atau euro yang harganya jauh dari nilai mata uang rupiah.

Tingkat pengunjung wisawatan di destinasi wisata Italia itu juga tentu jauh lebih banyak. Apalagi namanya sudah dikenal seantero dunia dan membuatnya menjadi salah satu pilihan wisatawan dari berbagai negara.

Selan itu pula, para pengemudi perahu di Venesia itu memang bukan orang sembarangan karena harus memenuhi berbagai persyaratan sebelum dipersilakan menjadi pemandu wisatawan, seperti harus belajar di sekolah khusus untuk mengenal sejarah kota, termasuk belajar bahasa asing, agar dapat menjelaskan kepada wisatawan tentang apa saja yang menjadi ikon di destinasi tersebut.

Kondisi itu tentu tidak sama dengan yang dirasakan oleh para pedayung perahu Jolloro (perahu tradisional Sulsel) di sekitar destinasi wisata Rammang-Rammang.

Untuk pendapatan mereka, meski biaya pengantaran wisatawan cukup lumayan yakni dengan tarif Rp250 ribu sekali jalan, hal itu tentu tidak cukup karena hanya bisa dilakukan sekali pada hari itu juga.

"Kita mengantar penumpang dan menunggu hingga pulang. Jadi jika wisatawan yang kita antarkan berlama-lama menikmati keindahan Rammang-Rammang, maka kita juga harus siap menunggu mereka pulang," kata seorang tukang perahu, Daeng Maing.

Selain itu, banyaknya tukang perahu Rammang-Rammang yang kurang lebih mencapai 200 orang, membuat pihak pengelola memberlakukan sistem antrean.

Dengan kondisi itu, jika tingkat kunjungan wisatawan ke salah satu destinasi unggulan Sulsel itu tidak secara rutin, maka kesempatan atau giliran untuk turun dan mengantar wisatawan juga akan lebih lama.

Bahkan, para tukang perahu ini terkadang harus menunggu empat hingga seminggu ke depan baru kembali mendapatkan antrean untuk mengantar wisatawan yang berkunjung.

Sambil menunggu datangnya kesempatan itu, para tukang perahu memilih untuk mencari kesibukan atau pekerjaan lain yang bisa mendapatkan uang untuk membantu membiaya kebutuhan sehari-hari keluarganya.

Selain itu, para tukang perahu yang bertugas menerangkan dan membawa para wisatawan untuk menikmati keindahan bukit kars Rammang-Rammang berharap pemerintah bisa lebih rutin melaksanakan kegiatan menarik untuk meningkatkan kunjungan ke destinasi wisata tersebut.

Mereka menawarkan tarif Rp250 ribu kepada para wisatawan yang ingin menikmati keindahan Rammang-Rammang. Tarif itu berlaku maksimal delapan orang.

"Jadi jasa sekali angkutan itu sama saja biar satu atau delapan orang, tetap kita kenakan biaya yang sama," ujarnya.

Tukang perahu lainnya, Ramli, juga berharap pemerintah bisa menghadirkan kegiatan yang mampu menarik masyarakat bukan hanya untuk menikmati keindahan bukit batu karst di daerah tersebut.

"Semoga bisa lebih banyak wisatawan yang datang. Kami berharap banyak agar tempat wisata Rammang-Rammang ini semakin banyak dikenal dan banyak dikunjungi," ujarnya.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) beberapa waktu lalu memang fokus memopulerkan destinasi hutan batu karts Rammang-Rammang, bukan hanya bagi wisatawan lokal, domestik, namun hingga mancanegara.

Sejumlah kegiatan juga telah dilakukan guna mengangkat pamor Rammang-Rammang sebagai lokasi tujuan wisata pilihan di Sulsel, di antaranya Festival Rammang-Rammang yang bakal dikemas menjadi festival bertaraf internasional sejak 2016.

Pada festival itu, digelar berbagai kegiatan menarik di antaranya sepeda gunung "cross country" dan wisata jelajah gua. Kegiatan ini dilengkapi dengan hadirnya Festival Full Moon yang menjadi ikon Festival Rammang-Rammang.

Khusus kegiatan Trail Run, konsep pelaksanaan lari melintasi kawasan karst Rammang-Rammang disesuaikan dengan medan lari, di mana pelari akan melewati areal pegunungan yang sifatnya berbukit, tanah landai, serta terjal.

Rammang-Rammang berada di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Nama "Rammang-Rammang" diambil dari bahasa setempat (Bahasa Makassar) yang berarti "awan atau kabut". Alasan pemberian nama itu dikarenakan kondisi alam di daerah setempat yang dahulunya memang dipenuhi kabut.



Disulap

Dinas Pariwisata Sulawesi Selatan memiliki program menyulap Rammang-Rammang yang dikelilingi perairan, sebagai Venesia-nya Sulsel, agar makin menarik para wisatawan, khususnya dari mancanegara.

Pemprov juga berkomunikasi dengan pihak Dinas Pariwisata Kabupaten Maros agar lebih fokus dan serius dalam menjaga kelestarian dan keasrian destinasi wisata baru itu.

Kota Venesia, Italia menawarkan wisatawan mengelilingi objek wisata menggunakan Gondola (perahu tradisional). Untuk Rammang-Rammang juga memang harus menggunakan perahu untuk menikmati keindahan dan kemegahan gugusan batu karts-nya.

Untuk mendukung agenda ini, pemprov meminta Dinas Pariwisata Maros melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan, khususnya penyediaan perahu yang memadai.

Khusus sarana seperti perahu, memang seharusnya pihak Dinas Pariwisata Kabupaten Maros bisa menyiapkan sesuai dengan wisatawan asing.

Artinya dari segi ukuran atau bentuk sebaiknya diubah agak besar sehingga bisa dinaiki para turis asing yang memiliki badan yang relatif lebih besar.

Pemprov Sulsel juga berkomitmen untuk memberdayakan dan melibatkan masyarakat lokal khususnya, tukang perahu agar tidak tersisih, meski akhirnya perahu yang digunakan nanti tidak lagi menggunakan jenis perahu kecil seperti yang ada sekarang ini.

Pemrpov juga meminta jangan mematikan pengusaha (tukang) perahu yang ada disekitar lokasi wisata. Justru mereka yang harus dibina dan bisa diangkat sebagai pemandu wisatawan.



Ajak Media

Otoritas Jasa Keuangan Regional 6 Sulawesi Maluku dan Papua (Sulampua) mengajak media perwakilan kawasan timur Indonesia untuk menikmati pesona batu karst Rammang-Rammang di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

"Kita hari ini mengajak para media dari Sulampua untuk menunjungi salah satu destinasi wisata unggulan di Sulawesi Selatan, yakni Rammang-Ramang," kata Staf Humas OJK 6 Sulampua, Nadhilah Avissa.

Kunjungan media untuk melihat dan merasakan keindahan hutan batu karts di Maros tersebut, dan tentunya diharapkan membuat destinasi yang baru beberapa tahun terakhir menjadi fokus dari pemerintah kabupatan dan Pemprov Sulsel itu, bisa makin populer.

Rombongan media dari berbagai daerah di KTI itu memang terlihat begitu menikmati setiap momentum yang ada, mulai dari awal perjalanan yang menggunakan perahu tradisional Sulawesi Selatan yang dikenal dengan sebutan Jolloro itu.

Selama perjalanan, tidak sedikit dari media melakukan pemotretan terhadap beberapa sudut yang dianggap menarik. Kunjungan ini juga diwarnai sesi wawancara dengan pedayung perahu sebagai bahan untuk penulisan tentang destinasi tersebut.

Pewarta : Abdul Kadir
Editor : Amirullah
Copyright © ANTARA 2024