Apalagi kalau bukan soal rambut. Rambut Mama Emi, sapaan akrabnya, bukan cuma keriting, tetapi seluruhnya nyaris putih. Kalau pun ada yang hitam, hanya sedikit pada bagian tepi.
"Rambut saya sudah begini (keriting dan putih, red.) sejak SMP. Hanya saja dulu karena sering diikat, bagian putihnya di dalam, jadi tidak kelihatan," kata Mama Emi kepada wartawan saat memulai ceritanya.
Rambut Mama Emi makin putih sewaktu dia mulai kuliah di Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta. "Saya coba cat rambut saya, tapi cepat balik putih lagi," ujarnya sambil tertawa.
Begitu juga soal keriting. Insinyur perempuan itu juga pernah mencoba meluruskan rambutnya sebelum dilantik sebagai Anggota DPRD Provinsi NTT pada 2004. "Sudah kasih lurus, dia cepat keriting ulang," kata Mama Emi disambut tawa lima ratusan warga yang mendengarnya.
Ia menyadari bahwa keadaan rambutnya sebagai anugerah Tuhan. "Jadi memang saya dianugerahkan Tuhan punya rambut seperti ini," imbuh politikus PDI Perjuangan itu disambut riuh tepuk tangan.
Rambut keriting dan putih Mama Emi memang faktor genetis. Hanya saja tidak semua saudara kandungnya memiliki model rambut yang sama dengan dirinya. "Yang keriting cuma dua, sedangkan yang putih ada empat, dua laki-laki dua perempuan," kata Mama Emi yang merupakan anak ke-4 dari 12 bersaudara.
Mama Emi mengakui suka dan duka berambut putih dan keriting. Sukanya karena mengurusnya simpel, sesuai dengan kepribadiannya yang sederhana. "Tinggal diikat ke belakang seperti ini. Tapi memang jadinya cuma bisa satu model," kata pasangan Marianus Sae itu sambil tertawa.
Dukanya, Mama Emi sering dianggap "oma-oma" alias lansia. Padahal, dari seluruh kandidat Pilgub NTT, Mama Emi yang berusia 52 tahun, adalah yang termuda. "Tapi lama-lama dipanggil 'oma' tidak lagi masalah buat saya," ujarnya sambil tersenyum.