Makassar (ANTARA) - Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan Bahtiar Baharuddin mengatakan peringatan Hari Korban 40.000 Jiwa, merupakan bukti orang kesetiaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Di tanah tempat kita berdiri ini, orang-orang tua kita, keluarga kita, rela mati untuk negara Indonesia. Hari ini pun kita harus siap mati untuk NKRI," ujarnya saat memimpin Apel peringatan Hari Korban 40 Ribu Jiwa di Makassar, Senin.
Tanggal 11 Desember menjadi hari bersejarah yang penting di Sulawesi Selatan (Sulsel), dan Pemerintah daerah menyebutnya Hari Peringatan Korban 40.000 Jiwa, yang merujuk peristiwa pembantaian pasukan penjajah Belanda pimpinan Raymond Paul Pierre Westerling di Sulsel pada Desember 1946-Februari 1947.
Bahtiar mengatakan peristiwa memilukan itu menjadi bukti bahwa orang Sulsel, yang terdiri dari Suku Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja, memiliki kesetiaan dan rela mati untuk kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Ia pun mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama memaknai momentum ini sebagai sebuah sejarah.
Namun yang paling penting, bagaimana hendak memberikan pesan kepada seluruh rakyat Indonesia, bahwa dari Tanah Makassar, Bugis, Toraja, dan Mandar, kita selalu setia pada NKRI sampai kapanpun.
Menghadapi momentum politik, ia juga kembali mengingatkan untuk menjaga situasi tetap kondusif, dan jangan ada perpecahan. Perbedaan pilihan merupakan hal yang biasa di negara demokrasi, namun tetap harus saling menghargai dan menghormati.
"Perbedaan pilihan jangan membuat kita tercerai berai. Mari saling menghargai pilihan masing-masing," pesan Bahtiar.
Para veteran menghadiri Apel Peringatan Korban 40 Ribu Jiwa di Makassar, Senin,(11/12/2023).ANTARA/HO-Humas Pemprov Sulsel