Timnas Indonesia menggapai impian dan bersiap ayunkan langkah lebih jauh lagi
Jakarta (ANTARA) - Indonesia lolos dari lubang jarum guna mencapai babak gugur Piala Asia untuk pertama kalinya, setelah striker naturalisasi Joel Kojo menghindarkan Kirgistan menelan kekalahan ketiga dalam Piala Asia 2023 kala berjumpa Oman dalam pertandingan terakhir Grup F yang berakhir 1-1 pada Kamis malam tadi.
Kirgistan akhirnya membawa pulang satu poin, sedangkan Oman gagal menapaki 16 besar Piala Asia di Qatar itu karena tak cukup poin untuk menyaingi Indonesia yang tuntas mengemas tiga poin untuk menempati peringkat ketiga Grup D dan sekaligus menjadi salah satu dari empat tim berperingkat ketiga terbaik.
Hasil pertandingan Oman versus Kirgistan itu memang berperan dalam meloloskan Merah Putih ke babak gugur, tapi itu tak memupus fakta bahwa Asnawi Mangkualam cs sudah melalui fase grup dengan baik.
Mereka melalui tiga pertandingan berat di satu grup neraka bersama lawan-lawan berperingkat jauh di atasnya, yang di satu sisi telah menempa level perjuangan dan kualitas tim asuhan Shin Tae-yong itu.
Di Grup D, Jepang menduduki peringkat FIFA tertinggi dengan 17, disusul Irak 63, Vietnam 94, sedangkan Indonesia pada 146.
Jepang yang merupakan tim Asia berperingkat FIFA tertinggi saat ini, adalah runner up Piala Asia 2019, selain negara yang paling sering mengangkat trofi Piala Asia, sebanyak empat kali.
Irak sendiri merupakan juara Piala Asia 2007 ketika empat negara Asia Tenggara termasuk Indonesia menjadi tuan rumah Piala Asia tahun itu.
Jadi, walau kalah dari dua raksasa sepak bola Asia, lolos dari grup neraka sudah merupakan pencapaian besar.
Apalagi hal itu adalah pencapaian perdana, bukan hanya pada tingkat Piala Asia, tapi juga ajang-ajang di luar turnamen-turnamen kawasan Asia Tenggara.
Walaupun kalah dari Irak dan Jepang, Garuda tak bisa dianggap sebelah mata oleh siapa pun, termasuk Australia yang menjadi lawan Indonesia dalam babak 16 besar pada Minggu 28 Januari nanti.
Jepang saja yang menumbangkan Jerman dan Spanyol dalam Piala Dunia 2022, harus mengandalkan sebuah penalti kontroversial dan gol bunuh diri, untuk bisa menaklukkan skuad bimbingan pelatih Shin Tae-yong tersebut.
Padahal, lebih separuh dari 26 pemain yang dibawa Jepang ke Piala Asia 2023 adalah juga pemain-pemain yang dua tahun lalu membawa Samurai Biru menumbangkan Jerman dan Spanyol pada Piala Dunia 2022.
Dua tahun lalu, Ritsu Doan mencetak dua gol, sedangkan Dauzen Maeda membukukan satu gol. Tapi kedua striker Jepang itu tak mampu membobol gawang Indonesia, seperti juga saat melawan Vietnam dan Irak.
Garuda yang berujung tombak Rafael Struick juga menghadapi bek-bek kelas dunia yang empat di antaranya adalah pilar Jepang pada Piala Dunia 2022. Salah satu dari bek itu adalah Takehiro Tomiyasu yang menjadi bagian dari transformasi Arsenal di Liga Inggris.
Namun, dengan menghadapi bek-bek sekaliber Tomiyasu pun, Garuda masih bisa mencuri satu gol yang dibuat Sandy Walsh setelah diawali lemparan ke dalam langsung ke area gawang yang dilakukan bek kiri Pratama Arhan.
Kala melawan Samurai Biru itu, barisan pertahanan Indonesia membuat Jepang hanya bisa menciptakan dua upaya tepat sasaran dari total 14 upaya.
Sebaliknya, Garuda hanya membuat tiga upaya tapi salah satunya tepat sasaran dan berbuah gol. Ini paling tidak menunjukkan Indonesia tampil lebih klinis.
Membawa harapan
Pertandingan melawan Jepang itu membawa harapan bahwa Indonesia bisa berbuat banyak tatkala menghadapi Australia dalam 16 besar.
Laga melawan Australia lusa malam itu juga merupakan pertemuan pertama Indonesia dan Australia dalam kurun 14 tahun terakhir setelah Merah Putih menyerah 0-1 dalam kualifikasi Piala Asia 2011 di Brisbane pada 3 Maret 2010.
Total, sejak 1967, Indonesia sudah 18 kali menghadapi Australia, tapi baru satu kali menang, sebaliknya menelan 14 kekalahan.
Satu-satunya kemenangan yang dipetik Indonesia dari Australia terjadi pada 30 Agustus 1981 dalam laga kedua kualifikasi Piala Dunia 1982 di Surabaya, manakala Herry Risdianto mencetak gol semata wayang dalam laga tersebut.
Kiprah Australia dalam Piala Asia sendiri baru dimulai pada 2007, atau setahun setelah mereka bergabung dengan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) pada 2006.
Australia juga mengikuti putaran final Piala Asia 2011, 2015, dan 2019. Dalam empat keikutsertaan terdahulunya itu, Australia selalu mencapai perempat final, bahkan dua kali masuk final pada 2011 dan 2015. Pada edisi 2015 kala menjadi tuan rumah itu, Australia menjuarai Piala Asia untuk pertama kalinya.
Socceroos lolos ke 16 besar Piala Asia 2023 setelah memuncaki Grup B usai mengalahkan India 2-0, menang 1-0 atas Suriah, dan ditahan seri 1-1 oleh Uzbekistan pada laga terakhir grup itu.
Mereka memasukkan 4 gol yang dua di antaranya diciptakan gelandang Jackson Irvine, dan kebobolan satu gol.
Data itu menunjukkan produktivitas gol Australia tak terlalu jauh dari Merah Putih yang sejauh ini sudah memasukkan tiga gol, namun kebobolan 6 gol.
Dengan ranking 25 dan nilai 1.539,22 poin, Australia adalah tim Asia berperingkat FIFA tertinggi keempat setelah Jepang, Iran dan Korea Selatan.
Tapi skuad mereka kalah gemerlap dari pada Jepang yang bertaburan pemain-pemain bintang yang bermain di liga-liga utama Eropa, termasuk Liga Premier Inggris, Liga Spanyol dan Bundesliga.
Mayoritas anggota skuad Australia juga memang bermain di luar negeri, tapi kebanyakan bukan liga utama.
Kapten mereka, kiper Mathew Ryan yang bermain untuk AZ Alkmaar di liga Belanda, mungkin satu dari tiga pemain paling menonjol dalam skuad Australia.
Dua lainnya adalah gelandang Aiden O'Neill yang berkostum Standard Liege di Belgia, dan bek tengah Harry Souttar yang membela Leicester City di Inggris dan musim ini terdegradasi ke Liga Championship.
Australia memang kalah gemerlap dibandingkan dengan Jepang, tapi tetap tim yang kuat.
Namun demikian, laga melawan Jepang bisa mengimbuhkan kepercayaan diri yang besar kepada Merah Putih bahwa Jordi Amat dan tim bisa melangkah lebih jauh lagi.
Australia yang rata-rata berpostur tinggi mungkin akan memanfaatkan betul kelebihan fisiknya, terutama bola-bola atas.
Indonesia bisa mengimbanginya dengan permainan umpan satu dua, yang mungkin masih akan mengandalkan serangan balik.
Menghadapi tim-tim yang di atas kertas lebih baik, mengandalkan teknik dan taktik saja tidak cukup. Bermain lepas, menikmati laga dan kompak, menjadi faktor yang bisa membuat hasil pertandingan berpihak kepada Indonesia.
Yang pasti, tak ada yang tak mungkin dalam sepak bola. Begitu juga dengan kemungkinan Indonesia mengakhiri paceklik kemenangan dari Australia, sehingga pendukung Merah Putih bisa melihat tim kesayangannya terus bermain lebih jauh dari babak 16 besar.
Kirgistan akhirnya membawa pulang satu poin, sedangkan Oman gagal menapaki 16 besar Piala Asia di Qatar itu karena tak cukup poin untuk menyaingi Indonesia yang tuntas mengemas tiga poin untuk menempati peringkat ketiga Grup D dan sekaligus menjadi salah satu dari empat tim berperingkat ketiga terbaik.
Hasil pertandingan Oman versus Kirgistan itu memang berperan dalam meloloskan Merah Putih ke babak gugur, tapi itu tak memupus fakta bahwa Asnawi Mangkualam cs sudah melalui fase grup dengan baik.
Mereka melalui tiga pertandingan berat di satu grup neraka bersama lawan-lawan berperingkat jauh di atasnya, yang di satu sisi telah menempa level perjuangan dan kualitas tim asuhan Shin Tae-yong itu.
Di Grup D, Jepang menduduki peringkat FIFA tertinggi dengan 17, disusul Irak 63, Vietnam 94, sedangkan Indonesia pada 146.
Jepang yang merupakan tim Asia berperingkat FIFA tertinggi saat ini, adalah runner up Piala Asia 2019, selain negara yang paling sering mengangkat trofi Piala Asia, sebanyak empat kali.
Irak sendiri merupakan juara Piala Asia 2007 ketika empat negara Asia Tenggara termasuk Indonesia menjadi tuan rumah Piala Asia tahun itu.
Jadi, walau kalah dari dua raksasa sepak bola Asia, lolos dari grup neraka sudah merupakan pencapaian besar.
Apalagi hal itu adalah pencapaian perdana, bukan hanya pada tingkat Piala Asia, tapi juga ajang-ajang di luar turnamen-turnamen kawasan Asia Tenggara.
Walaupun kalah dari Irak dan Jepang, Garuda tak bisa dianggap sebelah mata oleh siapa pun, termasuk Australia yang menjadi lawan Indonesia dalam babak 16 besar pada Minggu 28 Januari nanti.
Jepang saja yang menumbangkan Jerman dan Spanyol dalam Piala Dunia 2022, harus mengandalkan sebuah penalti kontroversial dan gol bunuh diri, untuk bisa menaklukkan skuad bimbingan pelatih Shin Tae-yong tersebut.
Padahal, lebih separuh dari 26 pemain yang dibawa Jepang ke Piala Asia 2023 adalah juga pemain-pemain yang dua tahun lalu membawa Samurai Biru menumbangkan Jerman dan Spanyol pada Piala Dunia 2022.
Dua tahun lalu, Ritsu Doan mencetak dua gol, sedangkan Dauzen Maeda membukukan satu gol. Tapi kedua striker Jepang itu tak mampu membobol gawang Indonesia, seperti juga saat melawan Vietnam dan Irak.
Garuda yang berujung tombak Rafael Struick juga menghadapi bek-bek kelas dunia yang empat di antaranya adalah pilar Jepang pada Piala Dunia 2022. Salah satu dari bek itu adalah Takehiro Tomiyasu yang menjadi bagian dari transformasi Arsenal di Liga Inggris.
Namun, dengan menghadapi bek-bek sekaliber Tomiyasu pun, Garuda masih bisa mencuri satu gol yang dibuat Sandy Walsh setelah diawali lemparan ke dalam langsung ke area gawang yang dilakukan bek kiri Pratama Arhan.
Kala melawan Samurai Biru itu, barisan pertahanan Indonesia membuat Jepang hanya bisa menciptakan dua upaya tepat sasaran dari total 14 upaya.
Sebaliknya, Garuda hanya membuat tiga upaya tapi salah satunya tepat sasaran dan berbuah gol. Ini paling tidak menunjukkan Indonesia tampil lebih klinis.
Membawa harapan
Pertandingan melawan Jepang itu membawa harapan bahwa Indonesia bisa berbuat banyak tatkala menghadapi Australia dalam 16 besar.
Laga melawan Australia lusa malam itu juga merupakan pertemuan pertama Indonesia dan Australia dalam kurun 14 tahun terakhir setelah Merah Putih menyerah 0-1 dalam kualifikasi Piala Asia 2011 di Brisbane pada 3 Maret 2010.
Total, sejak 1967, Indonesia sudah 18 kali menghadapi Australia, tapi baru satu kali menang, sebaliknya menelan 14 kekalahan.
Satu-satunya kemenangan yang dipetik Indonesia dari Australia terjadi pada 30 Agustus 1981 dalam laga kedua kualifikasi Piala Dunia 1982 di Surabaya, manakala Herry Risdianto mencetak gol semata wayang dalam laga tersebut.
Kiprah Australia dalam Piala Asia sendiri baru dimulai pada 2007, atau setahun setelah mereka bergabung dengan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) pada 2006.
Australia juga mengikuti putaran final Piala Asia 2011, 2015, dan 2019. Dalam empat keikutsertaan terdahulunya itu, Australia selalu mencapai perempat final, bahkan dua kali masuk final pada 2011 dan 2015. Pada edisi 2015 kala menjadi tuan rumah itu, Australia menjuarai Piala Asia untuk pertama kalinya.
Socceroos lolos ke 16 besar Piala Asia 2023 setelah memuncaki Grup B usai mengalahkan India 2-0, menang 1-0 atas Suriah, dan ditahan seri 1-1 oleh Uzbekistan pada laga terakhir grup itu.
Mereka memasukkan 4 gol yang dua di antaranya diciptakan gelandang Jackson Irvine, dan kebobolan satu gol.
Data itu menunjukkan produktivitas gol Australia tak terlalu jauh dari Merah Putih yang sejauh ini sudah memasukkan tiga gol, namun kebobolan 6 gol.
Dengan ranking 25 dan nilai 1.539,22 poin, Australia adalah tim Asia berperingkat FIFA tertinggi keempat setelah Jepang, Iran dan Korea Selatan.
Tapi skuad mereka kalah gemerlap dari pada Jepang yang bertaburan pemain-pemain bintang yang bermain di liga-liga utama Eropa, termasuk Liga Premier Inggris, Liga Spanyol dan Bundesliga.
Mayoritas anggota skuad Australia juga memang bermain di luar negeri, tapi kebanyakan bukan liga utama.
Kapten mereka, kiper Mathew Ryan yang bermain untuk AZ Alkmaar di liga Belanda, mungkin satu dari tiga pemain paling menonjol dalam skuad Australia.
Dua lainnya adalah gelandang Aiden O'Neill yang berkostum Standard Liege di Belgia, dan bek tengah Harry Souttar yang membela Leicester City di Inggris dan musim ini terdegradasi ke Liga Championship.
Australia memang kalah gemerlap dibandingkan dengan Jepang, tapi tetap tim yang kuat.
Namun demikian, laga melawan Jepang bisa mengimbuhkan kepercayaan diri yang besar kepada Merah Putih bahwa Jordi Amat dan tim bisa melangkah lebih jauh lagi.
Australia yang rata-rata berpostur tinggi mungkin akan memanfaatkan betul kelebihan fisiknya, terutama bola-bola atas.
Indonesia bisa mengimbanginya dengan permainan umpan satu dua, yang mungkin masih akan mengandalkan serangan balik.
Menghadapi tim-tim yang di atas kertas lebih baik, mengandalkan teknik dan taktik saja tidak cukup. Bermain lepas, menikmati laga dan kompak, menjadi faktor yang bisa membuat hasil pertandingan berpihak kepada Indonesia.
Yang pasti, tak ada yang tak mungkin dalam sepak bola. Begitu juga dengan kemungkinan Indonesia mengakhiri paceklik kemenangan dari Australia, sehingga pendukung Merah Putih bisa melihat tim kesayangannya terus bermain lebih jauh dari babak 16 besar.