Makassar (Antaranews Sulsel) - Organisasi Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Sulawesi Selatan menggelar dialog publik Tantangan dan Peluang Caleg Perempuan Bicara Parlemen di Makassar, Sabtu.

Hadir tiga calon legislatif (caleg) perempuan masing-masing Sherly Farouk dari Partai Golkar maju di tingkat provisi, Indira Mulyasari Paramastuti dari Partai NasDem tingkat provinsi dan Shinta Mashita Molina dari Partai Hanura maju di tingkat Kota Makassar.

Dialog juga menghadirkan panelis dari Komisioner KPU Sulsel, Uslimin dan pengamat politik Arkam Azikin dipandu Dewan Penasehat SMSI Sulsel Anno Suparno di Warkop Dottoro Makassar dihadiri tim sukses dan jurnalis dari berbagai media.

Pada kesempatan itu, Shinta mengungkapkan saat ini rekruitmen partai dalam pemenuhan kouta perempuan tidak seketat dulu, parpol berburu perempuan hanya untuk memenuhi aturan dari penyelanggara serta peraturan perundang-undangan.

"Kami dulu direkrut sangat ketat, berbeda dengan sekarang. Kita tidak tahu nasib orang ditarik parpol lalu bisa duduk di DPRD, tapi apakah yang duduk nanti itu memiliki kualitas," ungkap dia.

Legislator DPRD Kota Makassar ini berharap bagi kaum perempuan yang terpilih nanti cerdas dan berkualitas, tidak hanya datang, duduk, dan diam tidak menyuarakan kesetaraan gender serta hak-hak pemenuhan perempuan.

"Sejak saya duduk di DPRD Kota Makassar telah didorong untuk menghadirkan peraturan tentang kesetaraan gender, namun terkadang belum dapat diakomodir, bahkan ada beberapa tidak mengetahui apa tujuan dari pengarusutamaan gender itu," bebernya.

Meski demikian dirinya tetap menyakini peluang perempuan duduk di parlemen terbuka lebar, hanya saja bagaimana mereka menyampaikan program di masyarakat sesuai dengan yang diingikan rakyat.

Selain itu, lanjutnya, kouta perempuan di DPRD Kota Makassar hanya 12 persen atau hanya delapan orang dari jumlah 50 orang anggota dewan. Untuk itu dirinya menghimbau bagi perempuan yang maju mesti meningkatkan kapasitasnya bisa lebih baik dari sebelumnya.

"Saya tidak memiliki banyak uang, tapi alhamdulillah sudah duduk di DPRD. Pernah Caleg di Golkar dan kini di Hanura. Sederhana saja bagaimana program yang ditawarkan ke masyarakat itu diterima," tambahnya.

Sementara mantan anggota DPRD Kota Makassar Indira Mulyasari pada kesempatan itu mengemukakan, politik itu indah bila dimaknai secara positif. Dirinya sudah merasakan manis pahit serta serangan angin topan menerjangnya, tapi itu hal biasa di dunia politik.

Dengan hadirnya kouta perempuan 30 persen diberikan kepada Parpol, lanjut mantan Wakil Wali Kota Makassar itu, maka suara perempuan di parlemen cukup besar, tetapi tentu bagaimana perannya nanti bila duduk di parlemen membawa suara perempuan.

"Bagi Caleg perempuan memang sudah seharusnya meningkatkan kapasitas diri terutama penampilan diri karena cerminan dari keterwakilan perempuan. Perempuan harus multitaskin bagaimana berperan nantinya ketika terpilih mementingkan rakyat," ujar Caleg asal NasDem ini.

Sedangkan Sherly menuturkan, dirinya maju atas dorongan juga dukungan suami untuk lebih percaya diri dan fight (bertarung) pada pileg tahun depan bagaimana memberikan kepercayaan kepada publik bahwa perempuan mampu serta bisa berbuat kepada masyarakat.

"Saya didukung penuh oleh suami untuk fight meskipun saya seorang perempuan. Peluang yang diberikan ini adalah hal luar biasa, kita perempuan memiliki tantangan besar untuk memperkenalkan program-program kepada masyarakat, sehingga hasilnya nanti bisa dirasakan oleh mereka," ujar istri Ketua DPRD Kota Makassar Farouk M Betta ini dari Partai Golkar.

Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah, Arqam Azikin dalam dialog itu menyampaikan, caleg perempuan harus lebih baik dari caleg laki-laki. Kepercayaan publik atas perempuan masih minim karena belum ada keberanian untuk lebih kritis menyikapi persoalan rakyat.

"Saya berharap bagi caleg perempuan yang terpilih nanti harus lebih kritis dan peka terhadap persoalan-persoalan ditengah masyarakat. Jangan hanya datang, duduk dan diam lalu menerima gaji tapi tidak mampu memberikan gebrakan di parlemen bagi kesejahteraan masyarakat," tegas dia.

Sementara Komisioner KPU Sulsel, Uslimin menyebutkan telah ditetapkan 1.196 Daftar Calon Legislatif Tetap (DCT) dari 16 Partai Politik peserta Pemilu yang nantinya memperebutkan 85 kursi di DPRD Sulsel pada Pemilihan Legislatif 2019.

"Dari 24 kabupaten kota, peluang pemilih perempuan terbesar ada di empat Kabupaten seperti Toraja, Luwu Utara, Luwu Timur dan Enrekang. Artinya ada 37,44 persen peluang perempuan untuk bersaing kursi di DPRD Sulsel," tambahnya.

Pewarta : M Darwin Fatir
Editor : Amirullah
Copyright © ANTARA 2024