Makassar (Antaranews Sulsel) - Kota Makassar selalu tampil sebagai juara umum selama 16 tahun berturut-turut diselenggarakan Pekan Olahraga Daerah (Porda) Sulawesi Selatan.
Terlalu dominan, sulit disaingi, sarana dan prasarana yang lebih memadai, hingga mendapat suntikan anggaran besar setiap tahun, itu mungkin menjadi penilaian para kontingen 23 kabupaten/kota, ketika ditanyakan mengapa ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan itu selalu juara umum porda.
Sejak pertama kali dilaksanakan hingga ke-16 kalinya pada tahun ini, ajang olahraga multicabang tersebut sudah menjadi milik kontingen "Kota Daeng" itu.
Prestasi sebagai juara umum itu baru saja dipertahankan pada penyelenggaraan Porda XVI di Kabupaten Pinrang, Sulsel, 23-30 September 2018.
Kontingen Kota Makassar memastikan sebagai yang terbaik setelah mengumpulkan 103 medali emas, 76 perak dan 67 perunggu.
Perolehan medali Makassar jauh meninggalkan pesaing terdekatnya, yakni Kabupaten Pangkep di posisi kedua dengan raihan 28?medali emas, 23 perak, dan 32 perunggu.
Begitupun jarak perolehan medali untuk posisi ketiga yang ditempati Kepulauan Selayar dengan menggondol 28?medali emas, 23 perak, dan 26 perunggu.
Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah ikut memberikan selamat kepada Kota Makassar yang kembali mampu ?menunjukkan dominasinya pada ajang pesta olahraga multicabang terbesar di Sulsel tersebut.
Gubernur Nurdin sekaligus berpesan dan meminta atlet yang berhasil meraih juara untuk tidak berpuas diri.
"Jadi pemerintah berharap agar atlet yang berjaya di porda bisa terus konsisten dalam meningkatkan kemampuannya sehingga dapat terpilih mewakili Sulsel terkhusus di PON 2020 nanti," ujarnya.
Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto mengatakan pihaknya pada dasarnya tidak lagi terfokus untuk menjadi juara umum karena sebelum pelaksanaan sudah hampir dipastikan kembali meraihnya.
Pihaknya sejak awal meminta dan mendorong atlet agar menciptakan rekor-rekor baru, baik tingkat lokal maupun nasional karena dengan rekor baru yang tercipta, atlet bisa diprediksi soal peluang ketika tampil pada ajang nasional, seperti PON.
"Jadi fokus utama kita sudah bergeser bukan lagi meraih juara umum namun bagaimana menciptakan rekor-rekor baru sebagai bukti kualitas atlet saat tampil di ajang nasional," ujarnya.
Terkait dengan dominasi para atlet Makassar di ajang olahraga empat tahunan tersebut, membuat ibu kota provinsi Sulsel itu bahkan sudah bisa mengunci gelar juara umum beberapa hari sebelum penutupan Porda 2018.
Dominannya Kota Makassar sepanjang pelaksanaan porda tentunya memunculkan banyak pertanyaan. Apakah Makassar memang sebegitu kuatnya sehingga sangat sulit untuk digeser dari statusnya sebagai juara umum atau minimal mendekati perolehan medali di klasemen akhir.
Ataukah sebaiknya justru daerah lain yang memiliki banyak persoalan, baik pembinaan atlet, kelengkapan sarana dan prasarana, perhatian pemerintah terhadap atlet, kualitas pelatih, hingga pemikiran lebih mengambil jalan pintas dengan membajak atlet dari Makassar atau daerah lainnya di Indonesia, demi mendongkrak peringkat porda.
Jika demikian adanya, maka tentunya akan sulit menandingi keperkasaan dari atlet-atlet Makassar, sedangkan tujuan porda untuk mencari bibit atlet baru dari daerah juga akan kemungkinan sulit terwujud.
Akibatnya, justru akan berdampak luas, tidak hanya kepada prestasi olahraga di sejumlah daerah namun juga Provinsi Sulsel saat berlaga di ajang nasional, khususnya PON.
Beberapa tahun sebelumnya, sempat memunculkan harapan baru dalam upaya meningkatkan prestasi Sulsel di kancah nasional hingga internasional, seperti rencana Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) membagi atau melakukan pemetaan pembinaan cabang olahraga di 24 kabupaten/kota di Sulsel.
Beberapa daerah yang selama ini dianggap punya potensi mengembangkan olahraga tertentu, dipersilakan untuk lebih fokus membina dan melakukan program pelatihan yang terstruktur.
Contohnya, Kabupaten Gowa yang saat ini memiliki banyak atlet yang mampu memperkuat timnas, sepeti Anwar Tarra dan kawan-kawan, seharusnya bisa memfokuskan pembinaan olahraga dayung.
Sebaiknya untuk sepak takraw, selama ini didominasi oleh Kepulauan Selayar, juga patut menjadi pusat pembinaan cabang olahraga tersebut.
Begitupun dengan taekwondo dan panjat tebing yang cukup didominasi oleh para atlet dari Kabupaten Kepauan Pangkep.
Perolehan medali Porda 2018
1. Makassar 103 76 67 246
2 Pangkep 28 23 32 83
3. Selayar 28 23 26 77
4. Bone 27 27 48 102
5. Parepare 23 11 18 52
6. Maros 20 15 26 61
7. Sinjai 19 19 27 65
8. Palopo 18 14 19 51
9. Pinrang 14 32 47 93
10. Bantaeng 12 25 34 71
11. Barru 12 10 8 30
12. Gowa 8 14 21 43
13. Tana Toraja 8 10 8 26
14. Toraja Utara 8 9 6 23
15. Takalar 7 4 14 25
16. Bulukumba 6 7 10 23
17. Wajo 6 6 17 29
18. Soppeng 5 11 16 32
19. Luwu 5 5 4 14
20. Sidrap 4 6 8 18
21. Luwu Utara 3 9 16 28
22. Luwu Timur 2 5 15 22
23. Enrekang 2 4 12 18
24. Jeneponto 2 2 9 13.
Anggaran
Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sulawesi Selatan menerima anggaran kurang lebih Rp25 miliar untuk membiayai berbagai keperluan demi peningkatan prestasi olahraga di daerah itu.
Ketua KONI Makassar Agar Jaya mengatakan anggaran tahun ini memang jauh lebih besar dibandingkan dengan kucuran dana pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp13 miliar.
Besarnya anggaran itu, tentu saja berkaitan dengan agenda tahun ini. Kota Makassar pada tahun ini memang memiliki agenda penting, yakni berlaga di ajang Pekan Olahraga Daerah (Porda) XVI di Kabupaten Pinrang, September 2018.
"Untuk tahun ini memang lebih besar berkaitam dengan agenda kita, yakni mengikuti porda di Pinrang, September 2018. Kita akan mengikutkan kurang lebih 28 cabang olahraga dengan kekuatan ratusan atlet," ujarnya.
Anggaran tersebut untuk biaya keperluan, sejak atlet melaksanakan agenda pemusatan latihan yang biasanya dilakukan tiga bulan sebelum pelaksanaan Porda 2018.
Saat pelaksanaan pemusatan latihan, maka KONI Makassar sudah wajib membiayai setiap kebutuhan atlet, antara lain makan dan transportasi.
"Agenda TC Makassar memang berbeda dengan provinsi yang fokus di satu tempat. Sementara kita akan menyerahkan TC itu kepada tiap-tiap cabang olahraga karena anggaran yang memang tidak sebesar di provinsi," ujarnya.
KONI Makassar dalam pengelolaan keuangan dinilai telah berada di jalur yang benar dan hal itu dibuktikan dengan menerima Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk keempat kalinya secara berturut-turut berdasarkan audit pengelolaan laporan keuangan pada 2017.
Dalam audit opini WTP 2017 itu memang masih menyisakan beberapa temuan, seperti adanya selisih antara biaya yang digunakan dan biaya yang dikeluarkan KONI Makassar.
Pihaknya tentu saja layak bersyukur dan berbanggga karena bisa kembali menerima opini WTP yang keempat kalinya secara berturut-turut sejak 2014 terkait dengan pengelolaan anggaran.
Terlalu dominan, sulit disaingi, sarana dan prasarana yang lebih memadai, hingga mendapat suntikan anggaran besar setiap tahun, itu mungkin menjadi penilaian para kontingen 23 kabupaten/kota, ketika ditanyakan mengapa ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan itu selalu juara umum porda.
Sejak pertama kali dilaksanakan hingga ke-16 kalinya pada tahun ini, ajang olahraga multicabang tersebut sudah menjadi milik kontingen "Kota Daeng" itu.
Prestasi sebagai juara umum itu baru saja dipertahankan pada penyelenggaraan Porda XVI di Kabupaten Pinrang, Sulsel, 23-30 September 2018.
Kontingen Kota Makassar memastikan sebagai yang terbaik setelah mengumpulkan 103 medali emas, 76 perak dan 67 perunggu.
Perolehan medali Makassar jauh meninggalkan pesaing terdekatnya, yakni Kabupaten Pangkep di posisi kedua dengan raihan 28?medali emas, 23 perak, dan 32 perunggu.
Begitupun jarak perolehan medali untuk posisi ketiga yang ditempati Kepulauan Selayar dengan menggondol 28?medali emas, 23 perak, dan 26 perunggu.
Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah ikut memberikan selamat kepada Kota Makassar yang kembali mampu ?menunjukkan dominasinya pada ajang pesta olahraga multicabang terbesar di Sulsel tersebut.
Gubernur Nurdin sekaligus berpesan dan meminta atlet yang berhasil meraih juara untuk tidak berpuas diri.
"Jadi pemerintah berharap agar atlet yang berjaya di porda bisa terus konsisten dalam meningkatkan kemampuannya sehingga dapat terpilih mewakili Sulsel terkhusus di PON 2020 nanti," ujarnya.
Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto mengatakan pihaknya pada dasarnya tidak lagi terfokus untuk menjadi juara umum karena sebelum pelaksanaan sudah hampir dipastikan kembali meraihnya.
Pihaknya sejak awal meminta dan mendorong atlet agar menciptakan rekor-rekor baru, baik tingkat lokal maupun nasional karena dengan rekor baru yang tercipta, atlet bisa diprediksi soal peluang ketika tampil pada ajang nasional, seperti PON.
"Jadi fokus utama kita sudah bergeser bukan lagi meraih juara umum namun bagaimana menciptakan rekor-rekor baru sebagai bukti kualitas atlet saat tampil di ajang nasional," ujarnya.
Terkait dengan dominasi para atlet Makassar di ajang olahraga empat tahunan tersebut, membuat ibu kota provinsi Sulsel itu bahkan sudah bisa mengunci gelar juara umum beberapa hari sebelum penutupan Porda 2018.
Dominannya Kota Makassar sepanjang pelaksanaan porda tentunya memunculkan banyak pertanyaan. Apakah Makassar memang sebegitu kuatnya sehingga sangat sulit untuk digeser dari statusnya sebagai juara umum atau minimal mendekati perolehan medali di klasemen akhir.
Ataukah sebaiknya justru daerah lain yang memiliki banyak persoalan, baik pembinaan atlet, kelengkapan sarana dan prasarana, perhatian pemerintah terhadap atlet, kualitas pelatih, hingga pemikiran lebih mengambil jalan pintas dengan membajak atlet dari Makassar atau daerah lainnya di Indonesia, demi mendongkrak peringkat porda.
Jika demikian adanya, maka tentunya akan sulit menandingi keperkasaan dari atlet-atlet Makassar, sedangkan tujuan porda untuk mencari bibit atlet baru dari daerah juga akan kemungkinan sulit terwujud.
Akibatnya, justru akan berdampak luas, tidak hanya kepada prestasi olahraga di sejumlah daerah namun juga Provinsi Sulsel saat berlaga di ajang nasional, khususnya PON.
Beberapa tahun sebelumnya, sempat memunculkan harapan baru dalam upaya meningkatkan prestasi Sulsel di kancah nasional hingga internasional, seperti rencana Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) membagi atau melakukan pemetaan pembinaan cabang olahraga di 24 kabupaten/kota di Sulsel.
Beberapa daerah yang selama ini dianggap punya potensi mengembangkan olahraga tertentu, dipersilakan untuk lebih fokus membina dan melakukan program pelatihan yang terstruktur.
Contohnya, Kabupaten Gowa yang saat ini memiliki banyak atlet yang mampu memperkuat timnas, sepeti Anwar Tarra dan kawan-kawan, seharusnya bisa memfokuskan pembinaan olahraga dayung.
Sebaiknya untuk sepak takraw, selama ini didominasi oleh Kepulauan Selayar, juga patut menjadi pusat pembinaan cabang olahraga tersebut.
Begitupun dengan taekwondo dan panjat tebing yang cukup didominasi oleh para atlet dari Kabupaten Kepauan Pangkep.
Perolehan medali Porda 2018
1. Makassar 103 76 67 246
2 Pangkep 28 23 32 83
3. Selayar 28 23 26 77
4. Bone 27 27 48 102
5. Parepare 23 11 18 52
6. Maros 20 15 26 61
7. Sinjai 19 19 27 65
8. Palopo 18 14 19 51
9. Pinrang 14 32 47 93
10. Bantaeng 12 25 34 71
11. Barru 12 10 8 30
12. Gowa 8 14 21 43
13. Tana Toraja 8 10 8 26
14. Toraja Utara 8 9 6 23
15. Takalar 7 4 14 25
16. Bulukumba 6 7 10 23
17. Wajo 6 6 17 29
18. Soppeng 5 11 16 32
19. Luwu 5 5 4 14
20. Sidrap 4 6 8 18
21. Luwu Utara 3 9 16 28
22. Luwu Timur 2 5 15 22
23. Enrekang 2 4 12 18
24. Jeneponto 2 2 9 13.
Anggaran
Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sulawesi Selatan menerima anggaran kurang lebih Rp25 miliar untuk membiayai berbagai keperluan demi peningkatan prestasi olahraga di daerah itu.
Ketua KONI Makassar Agar Jaya mengatakan anggaran tahun ini memang jauh lebih besar dibandingkan dengan kucuran dana pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp13 miliar.
Besarnya anggaran itu, tentu saja berkaitan dengan agenda tahun ini. Kota Makassar pada tahun ini memang memiliki agenda penting, yakni berlaga di ajang Pekan Olahraga Daerah (Porda) XVI di Kabupaten Pinrang, September 2018.
"Untuk tahun ini memang lebih besar berkaitam dengan agenda kita, yakni mengikuti porda di Pinrang, September 2018. Kita akan mengikutkan kurang lebih 28 cabang olahraga dengan kekuatan ratusan atlet," ujarnya.
Anggaran tersebut untuk biaya keperluan, sejak atlet melaksanakan agenda pemusatan latihan yang biasanya dilakukan tiga bulan sebelum pelaksanaan Porda 2018.
Saat pelaksanaan pemusatan latihan, maka KONI Makassar sudah wajib membiayai setiap kebutuhan atlet, antara lain makan dan transportasi.
"Agenda TC Makassar memang berbeda dengan provinsi yang fokus di satu tempat. Sementara kita akan menyerahkan TC itu kepada tiap-tiap cabang olahraga karena anggaran yang memang tidak sebesar di provinsi," ujarnya.
KONI Makassar dalam pengelolaan keuangan dinilai telah berada di jalur yang benar dan hal itu dibuktikan dengan menerima Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk keempat kalinya secara berturut-turut berdasarkan audit pengelolaan laporan keuangan pada 2017.
Dalam audit opini WTP 2017 itu memang masih menyisakan beberapa temuan, seperti adanya selisih antara biaya yang digunakan dan biaya yang dikeluarkan KONI Makassar.
Pihaknya tentu saja layak bersyukur dan berbanggga karena bisa kembali menerima opini WTP yang keempat kalinya secara berturut-turut sejak 2014 terkait dengan pengelolaan anggaran.