Makassar (Antaranews Sulsel) - Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Hasanuddin Makassar (Unhas) membuat terobosan baru dengan membuka peminatan Magister Otonomi Daerah (Otda) pada Program Studi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah.
Pembukaan program baru ini ditandai dengan penandatangan perjanjian kerja sama SPS Unhas dengan Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kemendagri.
Dekan SPs Unhas Profesor Jamaluddin Jompa di Makassar, Kamis, mengatakan gagasan membuka kajian Otda di SPS Unhas sesungguhnya sudah dirintis sejak lima tahun lalu dan baru bisa diwujudkan saat ini. "Latarbelakang dibukanya magister otonomi daerah ini. Pertama, ini adalah model pemerintahan yang sudah puluhan tahun," katanya.
Salah satu pengajar dalam program ini adalah mantan Penjabat Gubernur Sulsel Soni Sumarsono yang sekaligus saat ini merupakan Dirjen Otonomi Daerah (Otda) Kementerian Dalam Negeri," lanjut dia.
Otonomi daerah, sebutnya memerlukan transformasi bukan hanya birokrasi tetapi sumber daya manusia. Kompleksitas otonomi daerah sangat besar, sangat tinggi, tetapi meyimpan potensi yang sangat besar.
Sehingga, dengan adanya program otonomi daerah. Diharapkan sumber daya manusia (SDM) di daerah khususnya dalam menyikapi dan memanfaatkan peluang pengembangan otonomi daerah itu bisa kemudian menjadi pemicu penguatan.
Bukan hanya sumber daya manusia, tetapi juga kesejahteraan masyarakat yang ujung-ujungnya adalah percepatan pembangunan daerah melalui SDM yang semakin berkualitas.
"Berbagai stakeholder, yang juga terlibat di dalam proses pengembangan otonomi daerah itu. Bisa berkontribusi nyata pada penguatan ekonomi, penguatan politik, sosial dan pembangunan secara khusus di daerah," ujar Jamaluddin.
Adapun keunggulan program ini menurut Jamaluddin, adalah program magister yang pertama di Indonesia dengan program otonomi daerah. "Ini adalah otentik sesuai dengan paradigma baru hubungan pusat dengan daerah yang telah berubah. Dan kita sangat berharap bahwa dalam pengembangannya nanti kita ikut menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya lokal, misalnya setiap daerah akan ada masalah-masalah spesifik," jelasnya.
Adapun kontribusi yang diharapkan dari program ini, baik dari kalangan mahasiswa, akademisi, teknokrat akan bersama-sama mencari solusi dan peluang untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan potensi daerah.
Program yang akan dimulai awal tahun depan ini, dijelaskan oleh Jamaluddin akan menggunakan metode pembelajaran dan perpektif yang lebih modern. "Kita akan membuat perpsektif lebih modern dengan menggunakan teknologi jarak jauh menggunakan IT dan juga online. ?Kombinasi ke semuanya termasuk dengan tatap muka video konferensi," ujarnya.
Pembukaan program baru ini ditandai dengan penandatangan perjanjian kerja sama SPS Unhas dengan Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kemendagri.
Dekan SPs Unhas Profesor Jamaluddin Jompa di Makassar, Kamis, mengatakan gagasan membuka kajian Otda di SPS Unhas sesungguhnya sudah dirintis sejak lima tahun lalu dan baru bisa diwujudkan saat ini. "Latarbelakang dibukanya magister otonomi daerah ini. Pertama, ini adalah model pemerintahan yang sudah puluhan tahun," katanya.
Salah satu pengajar dalam program ini adalah mantan Penjabat Gubernur Sulsel Soni Sumarsono yang sekaligus saat ini merupakan Dirjen Otonomi Daerah (Otda) Kementerian Dalam Negeri," lanjut dia.
Otonomi daerah, sebutnya memerlukan transformasi bukan hanya birokrasi tetapi sumber daya manusia. Kompleksitas otonomi daerah sangat besar, sangat tinggi, tetapi meyimpan potensi yang sangat besar.
Sehingga, dengan adanya program otonomi daerah. Diharapkan sumber daya manusia (SDM) di daerah khususnya dalam menyikapi dan memanfaatkan peluang pengembangan otonomi daerah itu bisa kemudian menjadi pemicu penguatan.
Bukan hanya sumber daya manusia, tetapi juga kesejahteraan masyarakat yang ujung-ujungnya adalah percepatan pembangunan daerah melalui SDM yang semakin berkualitas.
"Berbagai stakeholder, yang juga terlibat di dalam proses pengembangan otonomi daerah itu. Bisa berkontribusi nyata pada penguatan ekonomi, penguatan politik, sosial dan pembangunan secara khusus di daerah," ujar Jamaluddin.
Adapun keunggulan program ini menurut Jamaluddin, adalah program magister yang pertama di Indonesia dengan program otonomi daerah. "Ini adalah otentik sesuai dengan paradigma baru hubungan pusat dengan daerah yang telah berubah. Dan kita sangat berharap bahwa dalam pengembangannya nanti kita ikut menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya lokal, misalnya setiap daerah akan ada masalah-masalah spesifik," jelasnya.
Adapun kontribusi yang diharapkan dari program ini, baik dari kalangan mahasiswa, akademisi, teknokrat akan bersama-sama mencari solusi dan peluang untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan potensi daerah.
Program yang akan dimulai awal tahun depan ini, dijelaskan oleh Jamaluddin akan menggunakan metode pembelajaran dan perpektif yang lebih modern. "Kita akan membuat perpsektif lebih modern dengan menggunakan teknologi jarak jauh menggunakan IT dan juga online. ?Kombinasi ke semuanya termasuk dengan tatap muka video konferensi," ujarnya.