Bantaeng, Sulsel (ANTARA Sulsel) - Sebanyak 30 orang petani yang tergabung dalam Yayasan Datul Lalabata (YDL) Kabupaten Soppeng melakukan studi banding pembuatan kompos di Kabupaten Bantaeng.

Para petani yang merupakan perwakilan kelompok tani dan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) tersebut ingin melihat langsung pembuatan kompos yang dilakukan kelompok tani di Butta Toa.

Ketua YDL, A Suriawati Datu Walinono yang memimpin rombongan ke Bantaeng, Selasa, mengatakan, para perwakilan kelompok tani ini berasal dari Kecamatan Marioriawa, Soppeng.

Para petani ingin belajar banyak soal pembuatan kompos dan rumah kompos yang sudah ada di kabupaten berjarak 120 kilometer arah selatan Kota Makassar ini.

Karena itu, ia berharap kelompok tani di Kabupaten Soppeng dapat menjalin kerjasama yang lebih erat dengan kelompok tani pengelola kompos di Kabupaten Bantaeng agar dapat bertukar pengalaman.

"Kami sangat berharap kelompok tani dapat menjalin kerjasama sehingga bisa terjalin hubungan silaturahim yang pada akhirnya dapat dilakukan pertukaran informasi maupun petani," pintanya.

Menurut dia, Yayasan kami sangat berterima kasih seandainya melalui kerjasama tersebut, para petani Kabupaten Bantaeng dapat melatih petani di Soppeng dalam pembuatan kompos, urainya.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantaeng Ir H Akil Reza menyambut baik keinginan kelompok tani dari Soppeng untuk belajar mengolah kompos. Penggunaan kompos sangat diharapkan lebih meluas di kalangan petani untuk menghindari rusaknya tanah akibat penggunaan pupuk kimia.

Pupuk kimia, jelas Akil Reza sesungguhnya dapat merusak kesuburan tanah, padahal dari segi harga, pupuk kimia juga terbilang mahal dan kadang sulit ditemukan. Karena itulah, untuk tetap menjaga kesuburan tanah, Pemda Kabupaten Bantaeng mengembangkan pupuk yang diolah dari hasil panenan petani sendiri dan diolah kembali menjadi kompos.

Untuk pengembangannya, sejumlah kelompok tani sudah melakukan pengolahan sendiri untuk memenuhi kebutuhan petani Kabupaten Bantaeng. Namun, dalam perkembangannya, produksinya juga semakin banyak sehingga dapat mememnuhi daerah sekitar.

Menurut Akil Reza, tahap awal pengembangan kompos hanya memproduksi 400 ton pada 2006. Tahun berikutnya (2007) produksi tersebut sudah meningkat menjadi 600 ton dan pada 2008 jumlah produksi menjadi 700 ton.

Khusus produksi 2009, hingga posisi September 2009 produksi kompos yang dilakukan delapan kelompok tani sudah mencapai 600 ton.

Sebelumnya, Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantaeng Ir Ritha Pasha menguraikan, Bantaeng masuk dalam 41 daerah pengembangan rehabilitasi lahan peternakan se Indonesia.

Ritha juga menyebutkan kelompok tani yang mengolah kompos semakin bertambah dan kini sudah berjumlah delapan kelompok.

Produksi para kelompok tani tersebut hingga kini sudah dikirim ke 11 kabupaten dan perusahaan di Sulsel masing-masing ke Kabupaten Sidrap, Soppeng, Pangkep, Jeneponto, Sinjai, Wajo, Pinrang, dan Takalar serta PT Inco Sorowako dan Pabrik Gula Takalar.

Kompos produksi Kabupaten Bantaeng tersebut digunakan untuk reboisasi hutan, menunjang gerakan nasional kakao, pengembangan jeruk, padi, jagung hingga tambak dan berbabagi kegiatan lainnya.

(T.PSO-099/F003)


Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024