Makassar (ANTARA) - Perum Bulog Wilayah Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) menyebarkan minyak goreng bersubsidi MinyaKita untuk dipasarkan pada sejumlah Kantor PT Pos Indonesia sebagai langkah cepat menstabilkan harga yang terus merangkak naik di bulan Ramadhan 1446 Hijiriah tahun ini.
"Selain ikut operasi pasar, kami di Bulog intinya mengantisipasi, menstabilkan harga. Kami ikut andil kepada pemda dalam menurunkan harga dengan ikut membantu menjual minyak dengan harga di bawah HET Rp14.500 per liter," ujar Pimpinan Wilayah Perum Bulog Sulselbar Fahrurozi di Makassar, Kamis.
Menurutnya, Bulog harus berperan aktif dalam menstabilkan harga terutama Minyak Kita yang dijual di pasaran melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp15.700 per liter.
"Kita substitusi untuk operasi pasar dalam rangka stabilisasi harga menjelang hari lebaran, makanya kita jual Rp14.500. Selain operasi pasar melalui pangan murah di beberapa lokasi, MinyaKita kita pasarkan juga di Kantor Pos," tuturnya.
Fahrurozi mengatakan penjualan MinyaKita di semua Kantor Pos setelah adanya kerja sama dengan PT Pos Indonesia serta menindaklanjuti arahan dari Kantor Perum Bulog Pusat.
Kendati harga MinyaKita di pasar tradisional naik hingga Rp17 ribuan atau jauh dari harga HET, pihaknya tidak menggubris hal itu, dan tetap menjalankan arahan pusat. Kenaikan harga minyak subsidi termasuk adanya kekurangan volume diduga dimainkan oknum tertentu.
Sebelumnya, Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita saat meninjau penjualan MinyaKita di Kantor Pos Jalan Slamet Riyadi menyatakan, upaya ini sebagai bentuk mengantisipasi lonjakan harga minyak selama bulan puasa.
"Kami ikut membantu menstabilkan harga, karena masih tinggi di atas HET. Minyak Kita tidak boleh dijual di atas harga HET Rp15.700 per liter. Kalau operasi pasar kami gelar tiap hari dan batasnya sampai 28 Maret ini," katanya.
Dari pantauan pasar, Minyak Kita dipasarkan di atas HET hingga Rp17 ribuan per liter membuat pedagang dan pembeli mempertanyakan kenaikan harga minyak goreng subsidi tersebut.
Harga MinyaKita ukuran 500 mili liter di jual Rp12 ribu, sebelumnya Rp11 ribu. Ukuran 1 liter di jual Rp17 ribu sampai Rp18 ribu dari harga HET Rp15.700. Begitu pun untuk ukuran 5 liter, dijual antara Rp90-95 ribu per jeriken.
Pedagang Pasar Tradisional Terong Jasmiana beralasan, kenaikan harga itu karena harga dibeli dari distributor juga mengalami kenaikan, sehingga terpaksa menjual di atas HET untuk mendapat keuntungan.
"Kalau satu liter naik seribu, biasanya Rp17 ribu, sekarang Rp18 ribuan. Kalau dua liter Rp34 ribu sekarang Rp36 ribuan. Memang di ukuran satu liter HET Rp15.700, tapi yang saya beli di Nona (distributor) juga di atas HET, makanya kita jual di atas supaya ada untung," katanya.
Mengenai dengan adanya kekurangan isi tidak sampai satu liter, Jasmiana tidak mengetahui pasti karena tidak ditimbang dan hanya dibeli per dos. Selain itu, yang memasok Minyak Kita ada beberapa perusahaan. Bisa jadi, beda pabriknya beda juga isinya.