Makassar (ANTARA) - Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (ASITA) Sulawesi Selatan dan Dinas Pariwisata Kota Makassar mendorong kunjungan wisatawan ke kota berjulukan "Angin Mammiri" ini, karena dinilai memberikan "multiplier effect" di lapangan.
"Kedatangan wisatawan ke suatu daerah, khususnya di Sulawesi Selatan, memberikan dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat setempat," kata Wakil Ketua DPD ASITA Sulsel, Hakam Sanusi di Makassar, Minggu.
Dia mengatakan, dampak tersebut dirasakan utamanya sektor usaha kecil dan menengah (UKM), seperti restoran, toko suvenir, serta pengelola destinasi wisata.
Menurut dia, banyak pelaku usaha lokal yang mendapatkan keuntungan langsung dari wisatawan yang datang ke Sulsel. Wisatawan ini memberikan imbas ekonomi, termasuk ke restoran, toko suvenir, hingga destinasi wisata yang sering kali dikelola oleh masyarakat.
Di sejumlah daerah, lanjut dia, destinasi wisata dikelola oleh kelompok masyarakat tertentu atau keluarga yang memiliki hak atas lokasi tersebut.
Sebagai gambaran, di Toraja misalnya, ada destinasi yang dikelola oleh satu rumpun keluarga, dan dari pendapatan itu mereka berbagi serta membayar pajak ke pemerintah.
Dampak lainnya, dari sektor pajak juga ikut terdampak dengan adanya peningkatan aktivitas ekonomi di sekitar tempat wisata. Penerimaan pajak dari bisnis lokal dan tiket masuk destinasi wisata membantu meningkatkan pendapatan daerah.
Hakam berharap agar masyarakat setempat terus mendukung perkembangan pariwisata di daerah mereka. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, perekonomian lokal akan semakin tumbuh dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.
Hal itu dibenarkan Kepala Dinas Pariwisata Kota Makassar Muhammad Roem.
Dia mengatakan, berbagai iven dikemas untuk menarik pengujung wisata. Salah satu iven di Kota Makassar yang sudah masuk kalender wisata Kementerian Pariwisata adalah Kegiatan F8 yang digelar setiap tahunnnya.
