Kendari (ANTARA) - Puluhan rumah di sepanjang pinggir Sungai Konaweha, Desa Mendikonu, Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), terendam banjir, menyebabakan puluhan keluarga membangun tenda darurat di sepanjang pinggir jalan setempat untuk mengungsi.
Sastri (25) korban banjir warga Desa Mendikonu, Sabtu mengatakan, dirinya bersama keluarga terpaksa mendirikan tenda darurat di pinggir jalan karena rumahnya telah terendam air setinggi dada orang dewasa.
"Kami terpaksa mengungsi di pinggir jalan ini dengan mendirikan tenda apa adanya bersama keluarga. Kami tidak mau mengungsi jauh dari rumah karena khawatir nanti barang-barang di rumah hilang", kata Sastri di lokasi pengungsian.
Dia juga mengatakan, banjir yang terjadi di desa itu merupakan bencana yang terjadi lima tahun sekali, namun banjir tahun 2019 merupakan yang terparah.
"Sebelumnya tahun 2013 pernah banjir, tapi tdk separah ini, kalau tahun 2013 airnya hanya sampai sebatas mata kaki, tapi kalau tahun ini benar-benar parah sampai setinggi dada," tambahnya.
Warga Desa Mendikonu sedang beraktivitas di tenda pengungsian. (Foto ANTARA/ Harianto).
Senada dengan Ewis (46) warga desa Mendikonu, mengatakan dirinya bersama keluarga telah mendirikan tenda darurat di depan rumah karena rumah mereka telah terendam banjir hampir setingi atap.
"Kami bangun tenda ini karena rumah kami sudah terendam banjir, untungnya masih ada barang-barang yang bisa kami keluarkan, seperti TV," kata Ewis.
Ia berharap banjir yang terjadi di desanya bisa cepat surut, agar mereka bisa kembali ke rumah masing-masing.
Banjir ini dipicu akibat dari hujan deras yang mengguyur Konawe sepanjang malam, sehingga sebagian warga membangun tenda darurat di pinggir jalan karena rumah-rumah yang berada di desa itu habis terendam air.
Sastri (25) korban banjir warga Desa Mendikonu, Sabtu mengatakan, dirinya bersama keluarga terpaksa mendirikan tenda darurat di pinggir jalan karena rumahnya telah terendam air setinggi dada orang dewasa.
"Kami terpaksa mengungsi di pinggir jalan ini dengan mendirikan tenda apa adanya bersama keluarga. Kami tidak mau mengungsi jauh dari rumah karena khawatir nanti barang-barang di rumah hilang", kata Sastri di lokasi pengungsian.
Dia juga mengatakan, banjir yang terjadi di desa itu merupakan bencana yang terjadi lima tahun sekali, namun banjir tahun 2019 merupakan yang terparah.
"Sebelumnya tahun 2013 pernah banjir, tapi tdk separah ini, kalau tahun 2013 airnya hanya sampai sebatas mata kaki, tapi kalau tahun ini benar-benar parah sampai setinggi dada," tambahnya.
Senada dengan Ewis (46) warga desa Mendikonu, mengatakan dirinya bersama keluarga telah mendirikan tenda darurat di depan rumah karena rumah mereka telah terendam banjir hampir setingi atap.
"Kami bangun tenda ini karena rumah kami sudah terendam banjir, untungnya masih ada barang-barang yang bisa kami keluarkan, seperti TV," kata Ewis.
Ia berharap banjir yang terjadi di desanya bisa cepat surut, agar mereka bisa kembali ke rumah masing-masing.
Banjir ini dipicu akibat dari hujan deras yang mengguyur Konawe sepanjang malam, sehingga sebagian warga membangun tenda darurat di pinggir jalan karena rumah-rumah yang berada di desa itu habis terendam air.