Makassar (ANTARA) - Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Sulawesi Selatan (Sulsel) tengah menyiapkan entrepreneur regenerasi balita yang mulai digenjot tahun 2019 ini, persiapannya melibatkan PKK dan Dekranasda se Sulsel.

"Kita menyiapkan regenerasi balita di usia dini, menggandeng PKK dan Dekranasda menyentuh kalangan ibu-ibu sehingga mulai dini akan tercipta mindset entrepeneur 10 tahun mendatang dengan menghadirkan budaya entrepreneur dalam keluarga," kata Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sulsel, Abd Malik Faisal di Makassar Sulsel, Sabtu.

Menciptakan budaya entrepreneur di tatanan keluarga, kata Malik menjadi salah satu prioritas program Diskop Sulsel tahun ini.

"Kita akan menciptakan budaya entrepreneur, dan tidak selalu bicara soal birokrasi kepada anak-anak kita. Sementara kalau Indonesia mau maju, maka sebaiknya semua struktur dirampingkan sehingga pekerjaan tidak hanya ingin menjadi ASN saja, tetapi menjadi pengusaha yang bisa menciptakan peluang kerja bagi warga lainnya," paparnya.

Munculnya entrepreneur baru yang disiapkan dari sekarang dinilai akan memberi sumbangsih besar terhadap pendapatan negara. Melahirkan siklus untuk memenuhi peningkatan perekonomian yang hasilnya akan berimbas pada kesejahteraan dan kemajuan bangsa.

"Misalkan, lahir seorang entrepreneur kemudian dari usahanya dia akan membayar pajak kepada negara, dana ini akan digunakan negara untuk pembangunan fasilitas umum agar dirasakan masyarakatnya. Jadi ini sebuah siklus untuk meningkatkan negeri ini semakin maju," ungkapnya.

Oleh karena itu, menurut Malik, pihaknya memiliki empati besar memperbaiki generasi ke depan untuk satu muara. Salah satunya mencetak generasi luar biasa sejak dini agar tingkat pengetahuan dan kecerdasannya bisa sebanding dengan anak masa depan 15 tahun mendatang.

Hal ini bukan tidak mudah, tetapi sebuah negara dinilai harus menyiapkan generasinya untuk persaingan global, apalagi negara berkembang seperti Indonesia. Sementara negara-negara maju saja melakukan hal yang sama.

Adapun di antara upaya lain oleh Diskop Sulsel seperti menghadirkan YES (Youth Entrepreneur School) yang mengajarkan dan melatih anak-anak berusia 17 tahun ke bawah mrnjadi entrepreneur.

Istimewanya, pelaksanaan YES yang telah berlangsung dua tahun terakhir tidak menggunakan anggaran pemerintah sama sekali dengan pertemuan sebanyak tiga kali sepekan.

"Pengajarnya dari volunter atau sukarelawan. Backgroundnya macam-macam, ada konsultan pusat layanan terpadu, akademisi, asosiasi dan pemerhati UKM. Mereka diajarkan managemen produksi, pemasaran dan keuangan, hingga ada psikolog yang kami hadirkan," jelasnya.

Malik mengemukakan, seorang entrepreneur berbeda dengan pedagang yang hanya menghasil untung-rugi dengan acuan rupiah. Sementara seorang entrepreneur dia menciptakan peluangnya sendiri dengan mengutamakan kualitas produk.

Alhasil, entrepreneur mencipta kepuasan yang melahirkan kebahagiaan bagi para pelanggannya dari produk berkualitas. Benefit yang dihasilkan pun melebih dari sekadar pundi-pundi rupiah.

"Seorang entrepreneur berfikir cara mendapat pelanggan tetap dengan menciptakan kepuasan. Jika ini terjadi, maka keuntungannya itu ada pada pelanggannya yang akan menjadi pelanggan sosial sekaligus marketing sosial kepada khalayak luas," paparnya.

"Kita mau juga mendorong pemuda agar lebih sensitif melihat perkembangan ekonomi," tambahnya.

Pewarta : Nur Suhra Wardyah
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024