Jakarta (ANTARA) - Mayjen TNI Dr dr Terawan Agus Putranto Sp.Rad(K) menjadi satu-satunya dokter yang dipanggil Presiden Joko Widodo ke Istana dalam momen "perkenalan" kabinet menteri, Selasa.
Dia menyatakan bahwa Presiden Joko Widodo menugaskannya sebagai Menteri Kesehatan.
Nama dr Terawan tak lagi asing di kalangan publik lantaran inovasinya tentang metode "cuci otak" yang telah terbukti menyembuhkan banyak pasien stroke, ditambah lagi ramai diberitakan media-media nasional karena pernah diisukan dipecat oleh PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Dokter kelahiran Yogyakarta 5 Agustus 1954 tersebut merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) yang kemudian mengabdi menjadi dokter TNI AD dan menjabat Kepala RS Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto sejak 2015-2019.
Sekitar awal April 2018, mencuat kabar dr Terawan, yang dikatakan telah menyembuhkan ribuan pasien stroke bisa sembuh kembali, diberhentikan sementara oleh Mahkamah Kode Etik Kedokteran (MKEK) IDI
Pemberhentian tersebut lantaran dr Terawan dianggap melanggar kode etik kedokteran yaitu mengiklankan metode "cuci otak" yang bisa menyembuhkan pasien stroke.
Anggapan tersebut dibantah oleh dr Terawan bahwa dirinya tidak pernah sekalipun mengiklankan metodenya.
Metode "cuci otak" yang mulai diperkenalkan sejak 2004 dan banyak dilakukan sejak 2011 tersebut sebenarnya merupakan salah satu metode bernama digital subtraction angiography (SDA) yang tujuannya ialah untuk mendiagnostik dan untuk mengevaluasi pembuluh darah otak sehingga bisa diketahui penyakit dari pasien dan menentukan pengobatan yang tepat.
Namun Terawan menggunakannya sebagai metode pengobatan stroke dengan memasukan obat heparin dalam proses SDA yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit stroke.
Meskipun metode cuci otak melalui DSA telah diuji dalam disertasi dr Terawan di Universitas Hasanuddin Makassar pada 2016, beberapa pakar menilai metode itu masih butuh kajian secara ilmiah lebih mendalam.
Kendati demikian, banyak dukungan yang mengalir kepada dr Terawan seperti dari Komisi IX DPR, Kementerian Ristekdikti, masyarakat yang menjadi pasiennya, dan bahkan para pejabat dan tokoh negeri yang merasakan manfaat luar biasa dari metode tersebut.
Beberapa tokoh yang pernah menjalani terapi DSA dr Terawan ialah Wakil Presiden 2014-2019 Jusuf Kalla, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, mantan Ketua MK Mahfud MD, dan lainnya.
Para tokoh tersebut memberikan testimoni atas pengalamannya ditangani dr Terawan dan mendukung metode "cuci otak" terus dilanjutkan.
Ketua Umum PB IDI saat itu Prof Ilham Oetama Marsis menyatakan tidak melaksanakan putusan MKEK dan menyebut dr Terawan tetap sebagai anggota IDI dan bisa terus berpraktik.
Melalui metode DSA tersebut dr Terawan juga mendatangkan 1000 warga negara Vietnam ke Indonesia untuk melakukan terapi "cuci otak". Dia sudah mengantongi nota kesepahaman dengan Pemerintah Vietnam yang kemudian menjadikan terapi cuci otak sebagai wisata medis.
Meski masih kontroversi, yang dilakukan oleh dr Terawan adalah inovasi di bidang dunia kedokteran yang sudah sepatutnya dikembangkan agar dapat diterima sebagai tindakan medis yang resmi dengan penelitian lebih mendalam.
Presiden Joko Widodo sebelumnya berkali-kali mengatakan tidak ingin para menteri melakukan hal yang monoton dan sekadar menjalankan rutinitas. Dr Terawan sudah berbekal inovasi ciptaannya sendiri sebelum didapuk sebagai Menteri Kesehatan secara resmi besok.
Dr Terawan juga merupakan dokter kepresidenan di pemerintahan Joko Widodo. Dia pernah ditugasi oleh Presiden Joko Widodo untuk merawat mendiang Ani Yudhoyono, istri dari Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono, sebelum meninggal karena kanker darah di Singapura. Dr Terawan juga turut memantau kondisi kesehatan Presiden Ketiga RI BJ Habibie saat dirawat di RSPAD sebelum wafat.
Terawan datang ke Istana memenuhi panggilan Presiden Joko Widodo saat petang. Dirinya mengaku berdiskusi mengenai persoalan BPJS Kesehatan dan kekerdilan pada anak atau stunting.
Dirinya menyatakan akan melepas semua jabatannya untuk berfokus mengurusi masalah kesehatan bangsa Indonesia. Terawan akan pensiun sebagai anggota TNI dan mengundurkan diri dari Kepala RSPAD Gatot Subroto.
Dr Terawan melanjutkan kiprah Mayjen TNI Prof Dr Satrio yang menjabaat sebagai Menteri Kesehatan di era Presiden Soekarno sejak 1959 hingga 1966.
Dia menyatakan bahwa Presiden Joko Widodo menugaskannya sebagai Menteri Kesehatan.
Nama dr Terawan tak lagi asing di kalangan publik lantaran inovasinya tentang metode "cuci otak" yang telah terbukti menyembuhkan banyak pasien stroke, ditambah lagi ramai diberitakan media-media nasional karena pernah diisukan dipecat oleh PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Dokter kelahiran Yogyakarta 5 Agustus 1954 tersebut merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) yang kemudian mengabdi menjadi dokter TNI AD dan menjabat Kepala RS Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto sejak 2015-2019.
Sekitar awal April 2018, mencuat kabar dr Terawan, yang dikatakan telah menyembuhkan ribuan pasien stroke bisa sembuh kembali, diberhentikan sementara oleh Mahkamah Kode Etik Kedokteran (MKEK) IDI
Pemberhentian tersebut lantaran dr Terawan dianggap melanggar kode etik kedokteran yaitu mengiklankan metode "cuci otak" yang bisa menyembuhkan pasien stroke.
Anggapan tersebut dibantah oleh dr Terawan bahwa dirinya tidak pernah sekalipun mengiklankan metodenya.
Metode "cuci otak" yang mulai diperkenalkan sejak 2004 dan banyak dilakukan sejak 2011 tersebut sebenarnya merupakan salah satu metode bernama digital subtraction angiography (SDA) yang tujuannya ialah untuk mendiagnostik dan untuk mengevaluasi pembuluh darah otak sehingga bisa diketahui penyakit dari pasien dan menentukan pengobatan yang tepat.
Namun Terawan menggunakannya sebagai metode pengobatan stroke dengan memasukan obat heparin dalam proses SDA yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit stroke.
Meskipun metode cuci otak melalui DSA telah diuji dalam disertasi dr Terawan di Universitas Hasanuddin Makassar pada 2016, beberapa pakar menilai metode itu masih butuh kajian secara ilmiah lebih mendalam.
Kendati demikian, banyak dukungan yang mengalir kepada dr Terawan seperti dari Komisi IX DPR, Kementerian Ristekdikti, masyarakat yang menjadi pasiennya, dan bahkan para pejabat dan tokoh negeri yang merasakan manfaat luar biasa dari metode tersebut.
Beberapa tokoh yang pernah menjalani terapi DSA dr Terawan ialah Wakil Presiden 2014-2019 Jusuf Kalla, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, mantan Ketua MK Mahfud MD, dan lainnya.
Para tokoh tersebut memberikan testimoni atas pengalamannya ditangani dr Terawan dan mendukung metode "cuci otak" terus dilanjutkan.
Ketua Umum PB IDI saat itu Prof Ilham Oetama Marsis menyatakan tidak melaksanakan putusan MKEK dan menyebut dr Terawan tetap sebagai anggota IDI dan bisa terus berpraktik.
Melalui metode DSA tersebut dr Terawan juga mendatangkan 1000 warga negara Vietnam ke Indonesia untuk melakukan terapi "cuci otak". Dia sudah mengantongi nota kesepahaman dengan Pemerintah Vietnam yang kemudian menjadikan terapi cuci otak sebagai wisata medis.
Meski masih kontroversi, yang dilakukan oleh dr Terawan adalah inovasi di bidang dunia kedokteran yang sudah sepatutnya dikembangkan agar dapat diterima sebagai tindakan medis yang resmi dengan penelitian lebih mendalam.
Presiden Joko Widodo sebelumnya berkali-kali mengatakan tidak ingin para menteri melakukan hal yang monoton dan sekadar menjalankan rutinitas. Dr Terawan sudah berbekal inovasi ciptaannya sendiri sebelum didapuk sebagai Menteri Kesehatan secara resmi besok.
Dr Terawan juga merupakan dokter kepresidenan di pemerintahan Joko Widodo. Dia pernah ditugasi oleh Presiden Joko Widodo untuk merawat mendiang Ani Yudhoyono, istri dari Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono, sebelum meninggal karena kanker darah di Singapura. Dr Terawan juga turut memantau kondisi kesehatan Presiden Ketiga RI BJ Habibie saat dirawat di RSPAD sebelum wafat.
Terawan datang ke Istana memenuhi panggilan Presiden Joko Widodo saat petang. Dirinya mengaku berdiskusi mengenai persoalan BPJS Kesehatan dan kekerdilan pada anak atau stunting.
Dirinya menyatakan akan melepas semua jabatannya untuk berfokus mengurusi masalah kesehatan bangsa Indonesia. Terawan akan pensiun sebagai anggota TNI dan mengundurkan diri dari Kepala RSPAD Gatot Subroto.
Dr Terawan melanjutkan kiprah Mayjen TNI Prof Dr Satrio yang menjabaat sebagai Menteri Kesehatan di era Presiden Soekarno sejak 1959 hingga 1966.