Mataram (ANTARA) - Karnaval budaya pakaian adat Sasambo (Sasak, Samawa, Mbojo) dan parade bertajuk "Kaleidoskop Kepemimpinan NTB" memeriahkan HUT Ke-61 Nusa Tenggara Barat dan Hari Juang Ke-74 TNI AD pada 2019, Selasa.

Karnaval budaya dan defile itu diikuti personel TNI, Polri, dan perwakilan ASN masing-masing kabupaten/kota. Kegiatan itu mengambil tempat di Jalan Penjanggik dengan titik star depan Lapangan Sangkareang menuju Masjid Islamic Center Hubbul Wathon Kota Mataram.

Kegiatan dilepas Gubernur NTB Zulkieflimansyah didampingi Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah, Danrem 162/WB Kolonel Czi Ahmad Rizal Ramdhani, Kapolda NTB Irjen Pol Nana Sudjana, dan Forkopimda NTB.

"Sebenarnya Peringatan Hari Juang TNI AD pada tanggal 15 Desember, namun karena waktunya berdekatan dengan HUT provinsi, jadi kami padukan sehingga sinergitas, kekompakan, dan kebersamaan terbangun dengan baik," ujar Komandan Korem 162/WB Kolonel Czi Ahmad Rizal Ramdhani.

Menurut dia, hal menarik pada parade dan defile budaya itu, selain para peserta menggunakan pakaian adat Sasak, Samawa, dan Mbojo (Sasambo) yang merupakan ciri khas masyarakat NTB, juga dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan zaman gubernur masing-masing.

Misalnya, periode pejabat gubernur pertama membawa kesan pada masa itu, begitu juga dengan gubernurgGubernur berikutnya termasuk tahun berdirinya kabupaten/Kota disesuaikan dengan masa gubernurnya.

Karnaval budaya itu, menampilkan kaleidoskop dan capaian gubernur- gubernur selama 61 tahun NTB berdiri, mulai dari kepemimpinan Ruslan Tjakraningrat ( 1958-1968) hingga saat ini, Gubernur Dr. Zulkieflimansyah.

Suasana selama 1958-1968, digambarkan dengan kehidupan tradisional dan kemiskinan yang melanda daerah itu. Di bawah kepemimpinan Gubernur Ruslan, NTB digambarkan dalam suasana pascaproklamasi, gejolak politik nasional, dan daerah-daerah masih dinamis. Gubernur pertama kala itu baru mulai melakukan konsolidasi politik dan pemerintahan Provinsi NTB untuk bersatu padu mempertahankan dan mulai mengisi kemerdekaan.

Pada 1968, Gubernur R. Wasita Kusumah menggantikan Ruslan. Gubernur Wasita mulai menggulirkan program pembangunan lima tahun tahap pertama (Pelita I) sebagai langkah perbaikan ekonomi, sosial, politik.

Kepemimpinan Gubernur NTB ketiga, Brigjen (TNI) Gatot Soeherman dengan keberhasilan Program Gora (Gogo Rancah) saat itu, membuat NTB sebagai daerah rawan pangan berubah menjadi swasembada dan lumbung padi nasional.

Pada masa Gubernur Mayjen (TNI) Warsito geliat pariwisata mulai dikembangkan. Kawasan ikonik Lombok, Pantai Senggigi, mulai menarik minat wisatawan lokal dan asing berkunjung ke NTB.

Karnaval berlanjut hingga peserta mengusung periode 2008-2018, di mana Gubernur K.H. M. Zainul Majdi dan Wakil Gubernur Badrul Munir, dan Muhammad Amin serta TGB mengusung NTB yang "Beriman dan Berdaya Saing". TGB di kenal dengan pembangunan Islamic Center serta diresmikan KEK Mandalika di Lombok Tengah.

Karnaval tersebut menunjukkan nuansa Gubernur NTB saat ini, Zulkieflimansyah beserta Wagub Sitti Rohmi Djalilah berpacu mengembangkan inovasi-inovasi pembangunan, seperti NTB Ramah Investasi, pengiriman beasiswa ke luar negeri dan program industrialisasi yang diharapkan mengangkat derajat pengusaha-pengusaha lokal untuk bersaing di pasar nasional maupun internasional.

Karnaval dalam rangka HUT Ke-61 NTB itu, menyedot perhatian masyarakat. Terlihat masyarakat tumpah ruah melihat parade tersebut.
 

Pewarta : Nur Imansyah
Editor : Suriani Mappong
Copyright © ANTARA 2024