Maros (ANTARA) - Budaya appalili atau turun tanam di lingkungan Kekaraengan Marusu masih dilestarikan oleh masyarakat Kabupaten Maros, Sulsel, dan memperoleh dukungan dari pemerintah setempat
"Appalili ini merupakan rangkaian upacara adat khas Karaeng (raja) Marusu, utamanya adalah turunnya alat-alat kerajaan menuju sawah kerajaan yang bergelar turanua untuk membajak sawah Kerajaan Marusu," kata Karaeng Marusu Andi Abdul Waris Tadjuddin Karaeng Sioja di Maros, Sabtu.
Dia mengatakan, pada saat memasuki musim hujan menjadi penanda bagi masyarakat Maros untuk memulai musim tanam yang diawali dengan prosesi adat kerajaan, dengan menurunkan pak jeko atau bajak yang merupakan pusaka kerajaan ke lahan sawah adat untuk memulai musim tanam padi.
Prosesi adat turun tanam ini, kata dia, sudah dimulai sejak abad ke-15 oleh Raja Marusu, I Pake Daeng Masiga (Sultan Jamaluddin) dan tetap dilestarikan hingga saat ini.
Hal itu dibenarkan oleh Kabid Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Maros, Alamsyah.
Menurut dia, budaya Appalili ini adalah budaya yang sangat erat dengan pengelolaan pertanian dengan konsep kearifan lokal.
Karena itu, pihak pemerintah Kabupaten Maros mendukung upacara pelestarian budaya tersebut dan menjadikan kegiatan Appalili sebagai salah satu kalender pariwisata dan kebudayaan.
"Bahkan budaya yang dipegang teguh Kekaraengan Marusu ini sudah dicatat sebagai budaya tak benda," katanya.*