Maros (ANTARA) - Pelaksanaan upacara adat "Appalili" atau awal tanam yang masih dilestarikan Kerajaan Adat Marusu hingga kini masih jadi pedoman masyarakat turun sawah menanam padi di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Hal itu dikemukakan Raja Adat Marusu Andi Abd Waris Tadjuddin KaraEng Sioja di Ballalompoa Kassikebo, Kabupaten Maros, Sulsel, Sabtu.
Appalili merupakan serangkaian upacara adat khas KaraEng Marusu yang intinya adalah turunnya alat-alat kerajaan menuju sawah kerajaan yang bergelar 'Turannua' untuk membajak areal sawah pusaka Kerajaan Marusu.
Dia mengatakan, benda pusaka yang digunakan pada prosesi Appalili itu adalah "pajjeko" (bajak) milik Raja Marusu yang digunakan secara adat dan dilaksanakan setiap tahun setiap tanggal 17 November.
Hanya jika bertepatan dengan bulan suci Ramadhan ataupun hari keagamaan, lanjut dia, dialihkan ke tanggal lain sesuai kondisi lapangan.
Menurut Waris, sebagai rangkaian dari prosesi Appalili ini, juga dilakukan pembenahan, perawatan, pembersihan dan penggantian benda dan alat pusaka serta perlengkapan upacara adat yang dianggap sudah cukup waktunya.
"Ini sudah dilakukan turun-temurun sejak abad XV pada masa pemerintahan Raja Marusu I Pake Daeng Masiga (Sultan Jamaluddin) di rumah adat Ballalompoa Kassikebo Maros," ujar Waris.
Dia mengatakan, budaya adat Appalili ini masih tetap terpelihara dan menjadi pedoman bagi masyarakat yang akan turun sawah dengan mengedepankan nilai kegotongroyongan dan permufakatan antara petani penggarap dan pemilik sawah.
Pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Maros telah memasukkan upacara adat Appalili ini dalam kalender wisata yang diharapkan dapat menyedot tingkat kunjungan wisata di "Bumi Butta Salewangan' ini.
Khusus malam ini digelar ''tudang siipulung" atau silaturrahmi para pemangku adat, keluarga besar Kerjaan Marusu dan tamu kehormatan baik dari uunsur pemerintah dan umum. Sementara keesokan harinya seusai shalat Subuh prosesi Appalili diawali dengan mengarak benda pusaka "pajjeko" ke sawah adat milik Kerajaan Marusu.