Makassar (ANTARA) - Upacara adat ``Appalili`` digelar keluarga besar `Kekaraengan` Raja Marusu sebagai pertanda awal musim tanam pada masa penghujan di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
"Kegiatan ini digelar setahun sekali yang biasanya mengundang tamu-tamu kehormatan dan melibatkan masyarakat setempat," kata Abd Waris Karaeng Sioja di sela upacara adat Appalili di Kabupaten Maros, Sulsel, Selasa.
Menurut dia pelaksanaan upacara adat ini digelar secara turun-temurun sejak Raja Marusu I pada abad ke-15 , I Pake Daeng Masiga (Sultan Jamaluddin).
Karaeng Sioja mengatakan pelaksanaan upacara adat kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena kini dalam masa pandemi, sehingga ada pembatasan jumlah personel yang mengikuti prosesi acara "appalili" atau turun ke sawah adat untuk membajak dengan menggunakan dua ekor sapi yang menarik bajak (pajjeko).
Mengenai penanda memasuki musim tanam, lanjut dia, sebelum turun ke sawah terlebih dahulu menggelar tudang sipulung atau musyawarah dengan pemuka adat dan pemerintah daerah setempat.
Setelah menyepakati penanggalan turun memulai membajak sawah, maka dilaksanakan prosesi adat dengan menurunkan pajjeko dari rumah adat kerajaan Marusu.
"Seusai shalat subuh, maka gendang kerjaan ditabuh dan iring-iringan pelaksana upacara adat menggunakan baju tradisional pun menuju sawah adat," katanya.
Dengan dipimpin salah seorang pemuka adat yang dituakan, dua ekor sapi pun menarik bajak diiringi musik tradisional berupa gendang, gong, anak baccing.
Sementara itu salah seorang warga di Kassi Kebo, Maros Sinaryani mengatakan saat iring-iringan Karaeng Marusu melintasi rumah warga, disambut dengan suka cita dengan melemparkan sejumput beras.
"Ini sebagai ungkapan suka cita dan berharap panen nanti hasilnya melimpah," katanya.