Makassar (ANTARA) - Dinas Perpustakaan melalui Perpustakaan Keliling membagikan stiker ajakan membaca buku dalam memperingati Hari Buku Sedunia atau World Book Day yang diperingati setiap 23 April.
Perpustakaan Keliling Kota Makassar menyebarkan 200 lembar stiker ajakan untuk kembali membaca buku “Back to Books” kepada siswa dan guru di dua titik Layanan Perpustakaan Keliling, Makassar, Rabu.
"Ajakan kembali membaca buku merupakan semangat untuk mendorong peningkatan literasi masyarakat khususnya menumbuhkan kebiasaan membaca kepada para pelajar sejak dini di tengah pengaruh media sosial yang tinggi," kata Pustakawan Dinas Perpustakaan Kota Makassar Tulus Wulan Juni.
Dia mengatakan bahwa beberapa negara maju dan negara dengan tingkat literasi terbaik di dunia seperti Finlandia dan Swedia telah memutuskan untuk beralih dari media pembelajaran digital ke buku cetak karena penggunaan teknologi yang berlebihan akan berdampak buruk pada tumbuh kembang anak.
"Oleh karena itu, kita mengajak untuk mengurangi penggunaan digital dan lebih banyak membaca buku,” ujar Tulus.
Adapun dua titik pembagian stiker ajakan membaca buku dilakukan di SMP Islam Athirah 1 Makassar yang bertepatan dengan pelaksanaan program Supporting Literasi dan titik kedua di SD Negeri Bara Baraya 1 Makassar.
Layanan Perpustakaan Keliling Spesial Hari Buku Sedunia di SMP Islam Athirah dihadiri langsung oleh Kepala Bidang Layanan Alih Media dan Teknologi Informasi Perpustakaan, Bau Ismail Datu Sawa dan dihibur dengan cerita inspiratif tentang persahabatan kelinci dan monyet yang menceritakan pentingnya saling menghargai oleh Pendongeng Kak Mangga.
Guru dan siswa sangat antusias membaca buku-buku di mobil perpustakaan keliling di hari Buku Sedunia.
Bagian Kurikulum SMP Islam Athirah 1 Makassar Kasman mengatakan bahwa buku cetak tetap menjadi rujukan utama dalam pembelajaran. Pasalnya, dengan penggunaan buku cetak, daya imajinasi anak lebih terasah dibandingkan menggunakan perangkat digital yang banyak godaannya.
"Namun jika materi tidak ditemukan di buku cetak yang tersedia, maka akan dicari di buku digital,” ujar Kasman.
Beberapa siswa yang ditemui di dua sekolah mengaku menghabiskan waktunya di media sosial lebih dari 1 jam dan berkomitmen akan menguranginya.
Menurut mereka, di media sosial informasi yang didapat sangat minim dibandingkan melalui buku yang informasinya lebih banyak.*