Manado (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) melaporkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) tahun 2020.
"Kami masih optimistis dengan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara (Sulut) pada 2020 ke depan," kata Kepala BI Kantor Perwakilan (KPw) Sulut, Arbonas Hutabarat di Manado, Jumat.
Dia mengatakan pariwisata akan menjadi salah satu sumber alternatif utama dari pertumbuhan ekonomi di Sulut.
“Ini sejalan dengan visi nasional untuk menetapkan KEK Likupang, yang akan menjadi salah satu destinasi super prioritas di Indonesia,” kata Arbonas.
Menurut data dari World Economic Forum, kata dia, daya saing pariwisata Indonesia berada di posisi 40 atau masih di bawah Thailand dan Malaysia.
“Beberapa hal perlu untuk dioptimalkan untuk mendorong sektor pariwisata ini agar dapat terus meningkatkan kedatangan wisman,” tuturnya.
Dia mengatakan perluasan pasar pariwisata, di luar turis dari China, perlu dilakukan, terutama untuk turis-turis Eropa dan Amerika yang umumnya memiliki kualitas pengeluaran yang lebih tinggi.
Dia juga menyebut sisi geografis Sulut yang potensial karena dikelilingi oleh mega hub dunia seperti Singapura, Hong Kong, Kuala Lumpur, dan Bangkok, perlu didimanfaatkan dengan menjalin kerja sama dengan maskapai-maskapai internasional, terutama maskapai yang tergolong low cost carrier untuk menekan biaya perjalanan.
Secara umum, BI yakin bahwa pengembangan KEK pariwisata Likupang akan mendatangkan total investasi di Sulut sebesar Rp7,1 triliun dalam beberapa tahun ke depan.
Selain diprediksi akan memberikan kontribusi pada pendapatan devisa sebesar Rp22,5 triliun pada tahun 2030 mendatang.
“SDM juga harus disiapkan semaksimal mungkin untuk Ikut berkontribusi,” tambahnya.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, wisman paling banyak berkunjung ke Sulut beberapa tahun terakhir ini yakni turis China.
"Kami masih optimistis dengan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara (Sulut) pada 2020 ke depan," kata Kepala BI Kantor Perwakilan (KPw) Sulut, Arbonas Hutabarat di Manado, Jumat.
Dia mengatakan pariwisata akan menjadi salah satu sumber alternatif utama dari pertumbuhan ekonomi di Sulut.
“Ini sejalan dengan visi nasional untuk menetapkan KEK Likupang, yang akan menjadi salah satu destinasi super prioritas di Indonesia,” kata Arbonas.
Menurut data dari World Economic Forum, kata dia, daya saing pariwisata Indonesia berada di posisi 40 atau masih di bawah Thailand dan Malaysia.
“Beberapa hal perlu untuk dioptimalkan untuk mendorong sektor pariwisata ini agar dapat terus meningkatkan kedatangan wisman,” tuturnya.
Dia mengatakan perluasan pasar pariwisata, di luar turis dari China, perlu dilakukan, terutama untuk turis-turis Eropa dan Amerika yang umumnya memiliki kualitas pengeluaran yang lebih tinggi.
Dia juga menyebut sisi geografis Sulut yang potensial karena dikelilingi oleh mega hub dunia seperti Singapura, Hong Kong, Kuala Lumpur, dan Bangkok, perlu didimanfaatkan dengan menjalin kerja sama dengan maskapai-maskapai internasional, terutama maskapai yang tergolong low cost carrier untuk menekan biaya perjalanan.
Secara umum, BI yakin bahwa pengembangan KEK pariwisata Likupang akan mendatangkan total investasi di Sulut sebesar Rp7,1 triliun dalam beberapa tahun ke depan.
Selain diprediksi akan memberikan kontribusi pada pendapatan devisa sebesar Rp22,5 triliun pada tahun 2030 mendatang.
“SDM juga harus disiapkan semaksimal mungkin untuk Ikut berkontribusi,” tambahnya.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, wisman paling banyak berkunjung ke Sulut beberapa tahun terakhir ini yakni turis China.