Palu (ANTARA) - Wilayah Sulawesi Tengah dalam beberapa hari ke depan ini masih dibayangi cuaca ekstrem sehingga perlu mendapat perhatian masyarakat untuk tetap meningkatkan kesiagaan menghadapi segala kemungkinan bencana alam sewaktu-waktu dapat saja terjadi saat kondisi cuaca yang tidak mendukung.
"Kami tidak bosan-bosannya mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada menghadapi cuaca esktrem yang masih saja terjadi di sejumlah daerah, termasuk di Sulteng," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tengah, Bartholomeus Tandigala di Palu, Kamis.
Ia mengatakan di beberapa wilayah Sulteng dalam beberapa hari terakhir maupun ke depan sesuai informasi cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat berpotensi diguyur hujan sampai level lebat.
Masyarakat yang selama ini tinggal di pinggiran sungai perlu siaga bencana banjir. Begitu halnya masyarakat yang berdomisili di bukit-bukit untuk mewaspadai tanah longsor.
Di Sulteng ada beberapa daerah yang selama ini sering dilanda banjir. Daerah itu antara lain, Kabupaten Buol, Tolitoli, Banggai, Parigi Moutong, Poso, Morowali dan Morowali Utara, Donggala, Sigi dan termasuk Palu, Ibu Kota Provinsi rawan banjir kiriman.
Kota Palu beberapa kali dilanda banjir kiriman ketika hujan di hulu. Saat banjir besar,air Sungai Palu yang mengalir di tengah-tengah permukiman penduduk dan bermuara di Teluk Palu sering meluap merendam rumah-rumah warga di beberapa titik.
Seperti di wilayah Kelurahan Lere, Kelurahan Ujuna, Kelurahan Birobuli Selatan dan Tatura Selatan. Semua wilayah tersebut padat penduduk.
Berdasarkan data dari BPBD Sulteng selama 2019 terjadi sejumlah bencana alam banjir dan longsor dan terbanyak di Kabupaten Sigi.
Di Kabupaten Sigi, kata dia, bahkan terlihat sebanyak 80 titim longsor sehingga perlu diwaspada oleh pemerintah daerah dan juga masyarakat.
Banjir terbesar terjadi di Desa Bangga, Desa Poi, Desa Salua Desa Sadaunta dan terkahir kali pada 12 Desember banjir bandang disertai lumpur dan material batu-batuan dan pohon tumbang menerjang Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi.
Selain menimbun banyak rumah penduduk dan ratusan kk terpaksa mengungsi, bencana alam banjir di desa itu juga membawa korban jiwa dua orang penduduk setempat.
Korban meninggal karena terperangkap dalam rumah ketika banjir tiba-tiba memporak-porandakan permukiman penduduk di desa yang terletak dibawa bukit berbatasan dengan kawasan konservasi Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) tersebut.
"Kami tidak bosan-bosannya mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada menghadapi cuaca esktrem yang masih saja terjadi di sejumlah daerah, termasuk di Sulteng," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tengah, Bartholomeus Tandigala di Palu, Kamis.
Ia mengatakan di beberapa wilayah Sulteng dalam beberapa hari terakhir maupun ke depan sesuai informasi cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat berpotensi diguyur hujan sampai level lebat.
Masyarakat yang selama ini tinggal di pinggiran sungai perlu siaga bencana banjir. Begitu halnya masyarakat yang berdomisili di bukit-bukit untuk mewaspadai tanah longsor.
Di Sulteng ada beberapa daerah yang selama ini sering dilanda banjir. Daerah itu antara lain, Kabupaten Buol, Tolitoli, Banggai, Parigi Moutong, Poso, Morowali dan Morowali Utara, Donggala, Sigi dan termasuk Palu, Ibu Kota Provinsi rawan banjir kiriman.
Kota Palu beberapa kali dilanda banjir kiriman ketika hujan di hulu. Saat banjir besar,air Sungai Palu yang mengalir di tengah-tengah permukiman penduduk dan bermuara di Teluk Palu sering meluap merendam rumah-rumah warga di beberapa titik.
Seperti di wilayah Kelurahan Lere, Kelurahan Ujuna, Kelurahan Birobuli Selatan dan Tatura Selatan. Semua wilayah tersebut padat penduduk.
Berdasarkan data dari BPBD Sulteng selama 2019 terjadi sejumlah bencana alam banjir dan longsor dan terbanyak di Kabupaten Sigi.
Di Kabupaten Sigi, kata dia, bahkan terlihat sebanyak 80 titim longsor sehingga perlu diwaspada oleh pemerintah daerah dan juga masyarakat.
Banjir terbesar terjadi di Desa Bangga, Desa Poi, Desa Salua Desa Sadaunta dan terkahir kali pada 12 Desember banjir bandang disertai lumpur dan material batu-batuan dan pohon tumbang menerjang Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi.
Selain menimbun banyak rumah penduduk dan ratusan kk terpaksa mengungsi, bencana alam banjir di desa itu juga membawa korban jiwa dua orang penduduk setempat.
Korban meninggal karena terperangkap dalam rumah ketika banjir tiba-tiba memporak-porandakan permukiman penduduk di desa yang terletak dibawa bukit berbatasan dengan kawasan konservasi Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) tersebut.