Makassar (ANTARA) - Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sulawesi Selatan Lies F Nurdin optimistis Sulsel mampu memproduksi benang sutera secara mandiri dan tidak lagi melakukan impor pada 2020.
"Insya Allah bulan September atau Oktober 2020 kita sudah pakai benang sendiri. Sebelumnya kita tidak full dan tergantung dari luar (Cina), makanya sutera kita semakin mahal karena benang dari Cina. Tahun ini kita akan produksi sendiri," kata Ketua Dekranasda Sulsel Lies pada rapat bersama Dinas Perindustrian Sulsel mengenai upaya pengembangan IKM di Sulsel di Makassar, Jumat.
Ketua PKK Sulsel itu menyebutkan, proses pengembangan sutera dari hulu ke hilir sepenuhnya akan difokuskan di Kabupaten Wajo dan Soppeng.
"Kita akan tanam sendiri, mulai dari murbei, menghasilkan kokon, kemudian benang sutera, proses desain, kontrol kualitas hingga pemasaran," jelas istri Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah tersebut.
Dekranasda Sulsel bersama Dinas Perindustrian Sulsel juga akan fokus pada pengembangan sentra IKM di 24 Kabupaten/Kota di Sulsel.
"Kita punya produk-produk yang bagus, tapi kualitas belum. Untuk tahun ini kita bukan produksi baru, tapi kita fokus pada peningkatan kualitas produk dan pengembangan SDM," ujarnya.
Lies menyebutkan, beberapa hasil produksi IKM telah ada yang diekspor ke negara-negara Asean. Untuk itu, ia terus mengupayakan agar peningkatan kualitas produk IKM mampu membawa produk kerajinan mampu bersaing untuk kualitas ekspor.
"Untuk produk ekspor kita berfokus ke sutera. Kita mendatangkan ekspert untuk menjaga kualitas kita dari (Junior Expert) JICA. Untuk produk kerajinan lainnya seperti produk anyaman, kita belajar dari yang sudah berhasil ekspor di Jawa," beber Lies.
Berdasarkan data Dinas Perindustrian Provinsi Sulsel, saat ini terdapat 24 ribu IKM yang ada di Sulsel.
Fokus pengembangan IKM akan dilakukan di antaranya pengembangan sentra kerajinan bambu di Kabupaten Enrekang dan Luwu, kerajinan perak di Kabupaten Pinrang, kerajinan kulit di Kota Makassar, enceng gondok dan daun lontar di Kabupaten Bulukumba, produk kerajinan berbahan kelapa di Kabupaten Selayar, sablon di Kabupaten Barru, dan industri fashion di Kabupaten Pangkep.
Lies menegaskan, selain meningkatkan mutu dan kualitas produk IKM yang dihasilkan melalui pengembangan SDM, ketersediaan teknologi hingga proses desain dan pemasaran, fokus tahun ini juga pada diversifikasi sumber daya.
"Satu sumber daya mampu dikembangkan menjadi berbagai kerajinan yang memiliki nilai jual," ungkapnya.
"Insya Allah bulan September atau Oktober 2020 kita sudah pakai benang sendiri. Sebelumnya kita tidak full dan tergantung dari luar (Cina), makanya sutera kita semakin mahal karena benang dari Cina. Tahun ini kita akan produksi sendiri," kata Ketua Dekranasda Sulsel Lies pada rapat bersama Dinas Perindustrian Sulsel mengenai upaya pengembangan IKM di Sulsel di Makassar, Jumat.
Ketua PKK Sulsel itu menyebutkan, proses pengembangan sutera dari hulu ke hilir sepenuhnya akan difokuskan di Kabupaten Wajo dan Soppeng.
"Kita akan tanam sendiri, mulai dari murbei, menghasilkan kokon, kemudian benang sutera, proses desain, kontrol kualitas hingga pemasaran," jelas istri Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah tersebut.
Dekranasda Sulsel bersama Dinas Perindustrian Sulsel juga akan fokus pada pengembangan sentra IKM di 24 Kabupaten/Kota di Sulsel.
"Kita punya produk-produk yang bagus, tapi kualitas belum. Untuk tahun ini kita bukan produksi baru, tapi kita fokus pada peningkatan kualitas produk dan pengembangan SDM," ujarnya.
Lies menyebutkan, beberapa hasil produksi IKM telah ada yang diekspor ke negara-negara Asean. Untuk itu, ia terus mengupayakan agar peningkatan kualitas produk IKM mampu membawa produk kerajinan mampu bersaing untuk kualitas ekspor.
"Untuk produk ekspor kita berfokus ke sutera. Kita mendatangkan ekspert untuk menjaga kualitas kita dari (Junior Expert) JICA. Untuk produk kerajinan lainnya seperti produk anyaman, kita belajar dari yang sudah berhasil ekspor di Jawa," beber Lies.
Berdasarkan data Dinas Perindustrian Provinsi Sulsel, saat ini terdapat 24 ribu IKM yang ada di Sulsel.
Fokus pengembangan IKM akan dilakukan di antaranya pengembangan sentra kerajinan bambu di Kabupaten Enrekang dan Luwu, kerajinan perak di Kabupaten Pinrang, kerajinan kulit di Kota Makassar, enceng gondok dan daun lontar di Kabupaten Bulukumba, produk kerajinan berbahan kelapa di Kabupaten Selayar, sablon di Kabupaten Barru, dan industri fashion di Kabupaten Pangkep.
Lies menegaskan, selain meningkatkan mutu dan kualitas produk IKM yang dihasilkan melalui pengembangan SDM, ketersediaan teknologi hingga proses desain dan pemasaran, fokus tahun ini juga pada diversifikasi sumber daya.
"Satu sumber daya mampu dikembangkan menjadi berbagai kerajinan yang memiliki nilai jual," ungkapnya.