Makassar (ANTARA) - Seorang anak remaja bernama Siti Fatimah berumur 15 tahun diduga menjadi korban penculikan dengan modus hipnotis dilakukan orang tidak dikenal di Makassar, Sulawesi Selatan.

"Ibu saya (Suriani) sempat melapor ke kantor polisi karena Imah (Fatimah) belum pulang selama dua hari setelah keluar, katanya jalan-jalan," ujar kakak korban, Karmila di rumahnya jalan Gotong Raya, Kelurahan Buakana, Kecamatan Rappocini, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu.

Karena cemas, pihak keluarga lalu menghubungi Binmas dan Babinsa setempat untuk membantu pencarian, sehingga diarahkan melapor ke kantor polisi terdekat. Namun diarahkan ke kantor Polrestabes Makassar, mengingat korban masih dibawah umur.

"Sempat Imah kontak melalui telepon sehari setelah diculik, tapi tidak lama. Lalu ponselnya tidak bisa dihubungi lagi. Sempat beberapa kali chat di WA agar memulangkan adiknya, tapi pelaku tidak mau," beber dia.

Sementara ayah korban, Daeng Awing sangat bersyukur anaknya berhasil ditemukan selamat setelah hilang selama 12 hari, sejak pergi pada Kamis (16/1) dan ditemukan kakaknya di jalan Pampang pada Selasa (28/1). Awalnya, korban sempat meminta izin untuk pergi menghadiri ulang tahun temannya, namun dilarang.

"Sempat mau pergi acara ulang tahun tapi saya larang, tapi dia tetap mau pergi, setelah itu tidak kembali ke rumah. Saya sudah keliling mencari-cari selama dua hari tapi tidak ketemu," papar pria yang berprofesi sebagai pekerja lepas.

Sementara korban Siti Fatimah yang masih duduk di kelas III SMP PGRI VI Makassar, saat ditanya wartawan di kediamannya terlihat shock. Ia menuturkan kejadian tersebut terjadi pada Kamis sore di depan lorong berdekatan dengan masjid Babul Afiah, jalan Wijaya Kusuma I. 

"Waktu itu Kamis sore sekitar jam lima  saya diantar pulang teman sampai depan lorong masuk rumah. Saat itu, ada dua perempuan, lalu satu datang menepuk pundakku dan saya tidak sadar. Saya baru sadar setelah diatas mobil dan katanya mereka menuju Gowa," tutur Imah

Setelah itu, ia dibawa keliling dengan dua pelaku perempuan salah satunya berambut pirang dengan mengedarai mobil Honda Jazz. Lalu disekap di ruangan. Hari-hari berikutnya dibawa lagi ke Sudiang, ke Daya, kemudian disekap dengan tangan diikat di salah satu ruangan gubuk semi permanen yang tidak dikenalnya.

"Selama itu saya hanya dikasih makan nasi putih dan garam serta air putih. Mereka juga sempat memukul dan membenturkan kepalaku di tembok karena  saya melawan, memberontak. Saya tidak kenal mereka karena pakai masker menutupi mukanya. Katanya saya mau dibawa ke Papua," ungkap Imah bercerita saat ditanya apa yang dialaminya.

Saat penculik mulai bosan dengan korban, kemudian membawanya untuk diturunkan di bilangan jalan Urip Sumoharjo dalam keadaan linglung. Infomasi hilangnya Imah juga menyebar di media sosial. Korban  ditemukan teman kakaknya di jalan Pampang kala itu melintas sedang dibonceng motor.

"Kemarin ditemukan, ada teman yang bonceng dia mau masuk ke Pampang, lalu saya panggil dan langsung membawanya pulang," ucap kakak korban, Indah.

Binmas wilayah Buakana, Kecamatan Rappocini, Aiptu Jamaluddin di rumah korban menuturkan, kejadian tersebut sudah dilaporkan keluarganya sehingga diarahkan ke Polres Rappocini. Namun diarahkan ke Polrestabes Makassar untuk ditangani PPA karena masih dibawah umur.

"Pak RT dan RW setempat menelpon ada warganya tidak pulang dua hari, kemungkinan diculik. Lalu saya arahkan ke Polsek Rappocini melapor, namun diarahkan ke Polrestabes untuk di tangani. Menurut korban sepertinya di hipnotis lalu disekap, diikat dan mendapat perlakuan kekerasan. Modusnya masih diselidiki," katanya.

Sebelumnya, ada infomasi dua kasus dugaan penculikan terjadi belum lama ini di beberapa tempat di Makassar. Para korban masih remaja duduk di bangku SMP,  mereka berjenis kelamin wanita. Rata-rata modusnya diduga hipnotis membawa korban jauh dari lokasi rumahnya. 

Namun demikian, Polisi masih mendalami kasus ini mengigat dari beberapa kasus yang terjadi, bukan murni penculikan tapi ada dugaan rekayasa, sebab anak yang mengaku diculik ternyata memilih kabur dari rumah karena merasa tertekan dan ingin bebas dari pengawasan orang tua .

 

Pewarta : M Darwin Fatir
Editor : Suriani Mappong
Copyright © ANTARA 2024