Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Presiden bidang Sosial Angkie Yudistia mengatakan Presiden Joko Widodo dan jajarannya tidak mengadakan gelar griya (open house) saat hari raya Idul Fitri 1441 Hijriah untuk mencegah penyebaran virus corona atau COVID-19.
"Tidak pernah ada pembahasan di dalam rapat terkait rencana ‘open house’. Ini bagian dari konsistensi pemerintah untuk menerapkan ‘physical distancing’ (pembatasan jarak fisik) di semua aktivitas," kata Angkie dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Jumat
Gelar griya Lebaran, kata Angkie, memungkinkan terjadinya pertemuan massa dan interaksi jarak dekat sehingga berpeluang terjadinya penyebaran virus secara cepat. Maka dari itu, hal itu dihindari oleh Presiden Jokowi yang kemudian diikuti oleh seluruh jajaran di bawahnya.
"Kita bisa saling bersilaturahim secara daring pada saat Lebaran nanti dengan sanak keluarga, kerabat, dan sahabat tanpa harus memaksakan diri untuk melakukan pertemuan fisik," kata dia.
Menurut Angkie, Presiden Jokowi memahami bahwa momentum Lebaran adalah adanya kegiatan saling berkomunikasi secara langsung untuk saling bermaaf-maafan dengan orang terdekat. Namun, dengan adanya situasi pandemi COVID-19, tentu tidak memungkinkan untuk melakukan hal tersebut.
"Mengingat prioritas pemerintah kepada kesehatan sangat tinggi, sehingga aktivitas ‘open house’ yang biasa diadakan kini harus diurungkan," kata dia.
Presiden dan jajaran Anggota Kabinet Indonesia Maju juga belum ada rencana untuk menggelar rapat secara tatap muka. Setiap rapat baik bersifat paripurna maupun terbatas yang diselenggarakan presiden selalu melalui telekonferensi video.
“Belum ada rencana dalam waktu dekat untuk menggelar rapat dalam bentuk pertemuan fisik, sambil terus memantau perkembangan terkait penanganan COVID-19,” ujar dia.
"Tidak pernah ada pembahasan di dalam rapat terkait rencana ‘open house’. Ini bagian dari konsistensi pemerintah untuk menerapkan ‘physical distancing’ (pembatasan jarak fisik) di semua aktivitas," kata Angkie dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Jumat
Gelar griya Lebaran, kata Angkie, memungkinkan terjadinya pertemuan massa dan interaksi jarak dekat sehingga berpeluang terjadinya penyebaran virus secara cepat. Maka dari itu, hal itu dihindari oleh Presiden Jokowi yang kemudian diikuti oleh seluruh jajaran di bawahnya.
"Kita bisa saling bersilaturahim secara daring pada saat Lebaran nanti dengan sanak keluarga, kerabat, dan sahabat tanpa harus memaksakan diri untuk melakukan pertemuan fisik," kata dia.
Menurut Angkie, Presiden Jokowi memahami bahwa momentum Lebaran adalah adanya kegiatan saling berkomunikasi secara langsung untuk saling bermaaf-maafan dengan orang terdekat. Namun, dengan adanya situasi pandemi COVID-19, tentu tidak memungkinkan untuk melakukan hal tersebut.
"Mengingat prioritas pemerintah kepada kesehatan sangat tinggi, sehingga aktivitas ‘open house’ yang biasa diadakan kini harus diurungkan," kata dia.
Presiden dan jajaran Anggota Kabinet Indonesia Maju juga belum ada rencana untuk menggelar rapat secara tatap muka. Setiap rapat baik bersifat paripurna maupun terbatas yang diselenggarakan presiden selalu melalui telekonferensi video.
“Belum ada rencana dalam waktu dekat untuk menggelar rapat dalam bentuk pertemuan fisik, sambil terus memantau perkembangan terkait penanganan COVID-19,” ujar dia.