Makassar (ANTARA) - Satu keluarga pencari suaka asal Rohingya, Myanmar, yang transit di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) akhirnya bernafas lega setelah penantiannya selama tujuh tahun mengikuti program resettlement atau pemukiman kembali ke negara ketiga yakni Amerika Serikat dapat terwujud.

Kepala Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Makassar Togol Situmorang di Makassar, Selasa, mengatakan program resettlement bagi para pengungsi pencari suaka menjadi harapan terbesar, walaupun penantian itu cukup lama.

"Satu keluarga pengungsi asal Myanmar itu sudah diterima di negara ketiga yang menjadi tujuan para pencari suaka. Saat ini, mereka semua bersiap untuk diterbangkan ke negara tujuan Amerika Serikat," ujarnya.

Pengungsi Rohingya, Myanmar, yakni Mohammad Islam bin Nur Alam (43) bersama anak dan istrinya diantar oleh petugas Imigrasi dan Rudenim Makassar menuju Jakarta sebelum diterbangkan ke negara tujuan.

Togol menyatakan proses resettlement menjadi impian semua pengungsi. Mohammad Islam bin Nur Alam bersama istri dan tiga orang anaknya Nur Alam akhirnya menjadi warga negara Paman Sam.

"Kami bersyukur, semoga nantinya kehidupan kami jauh lebih baik setelah di Amerika Serikat," ucap Mohammad Islam bin Nur Alam penuh haru sesaat sebelum meninggalkan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.

Nur alam mengisahkan, pada 1994, ia bersama keluarganya telah mengungsi di Malaysia, namun perasaan bersalah karena tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi, 27 orang keluarganya telah tiada menjadi korban pembantaian.

Dia mengaku jika saat ini hanya tersisa kakak dan adiknya yang masih di Myanmar, itupun mereka hanya berkomunikasi melalui telepon. Karena situasi Myanmar yang masih mencekam khususnya untuk etnis Rohingya.

Nur Alam beserta keluarga menuju Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, didampingi oleh petugas escort (pengawal) dari  Rudenim Makassar sebanyak dua orang untuk bertolak ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan menggunakan pesawat Garuda kode penerbangan GA0605 pada Selasa, 18 Agustus 2020 pukul 13.05 WITA.

Di Bandara Soekarno Hatta, didampingi oleh petugas escort Mereka menemui staff IOM (International Organization for Migration) yang telah menunggu di terminal tiga keberangkatan guna penyerahan dokumen perjalanan dan berkas-berkas kelengkapan lainnya. 

Selanjutnya petugas escort Rudenim Makassar melakukan serah terima dengan petugas Imigrasi Bandara Soekarno Hatta, kemudian Nur Alam dan keluarga berangkat menggunakan pesawat maskapai Qatar Airways QR955 pada tanggal 19 Agustus  pukul 00.40 WIB menuju Bandara Doha Hamad International dan dilanjutkan menuju Bandara Chichago O hare International dengan pesawat Qatar QR 725 pukul 07.45 waktu setempat.

"Indonesia hanyalah negara singgah bagi para pengungsi, bukan termasuk negara tujuan untuk mereka hidup menetap apalagi bekerja," ucap Togol Situmorang.

Dia mengatakan para pengungsi selama berada di Indonesia atau di negara transit, tidak boleh bekerja. Hal ini dikarenakan Indonesia belum meratifikasi Konvensi PBB mengenai Status Pengungsi Tahun 1951 dan protokol mengenai status pengungsi 31 Januari 1967.

Keberadaan pengungsi di Indonesia hanyalah sebagai tempat mereka menunggu untuk menuju ke negara yang secara sah menerima, yakni negara-negara yang meratifikasi Konvensi dan Protokol pengungsi. 

Negara itu antara lain Australia yang terdekat dari Indonesia, Selandia Baru, atau juga Amerika Serikat dan Kanada. Negara-negara itu umum disebut sebagai negara ketiga.

Pewarta : Muh. Hasanuddin
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024