Makassar (ANTARA) - Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Nurdin Abdullah mendukung sekaligus mendorong peningkatan produksi gula semut Luwu bermerek "GulaNA Professor" karena memiliki potensi untuk dipasarkan secara luas hingga ekspor.

Gubernur Nurdin Abdullah di Makassar, Kamis, mengatakan sudah melihat kemasan produk dan juga mencicipi langsung gula semut tersebut yang dinilai memiliki kualitas layak.

"Saya suka sekali gula dan desain kemasannya, pemilihan warnanya juga bagus," kata Gubernur Nurdin Abdullah saat menerima Pimpinan Kelompok Tani Hutan (KTH) Sepakat Desa Kaladi, Kecamatan Suli Barat, Kabupaten Luwu, Asse S dan rombongan.

Ia menjelaskan pemasaran juga akan dibantu, termasuk dukungan dari Dinas Perdagangan Sulsel dan menyarankan jika diproduksi lebih besar lagi maka mutu tetap dijaga.

"Kelemahan kita, susah menjaga kualitas. Makanya harus standar, apalagi kalau mau dipasarkan keluar. Kalau mau di rest area, juga bisa dipasarkan," ujarnya.

Kepala Desa Kaladi Darussalam, Sukardi, menjelaskan, warga desanya telah lama memproduksi jenis gula ini. Hanya, memang masih dipasarkan secara terbatas. Ia mengatakan terdapat 50 orang pembuat gula semut.

"Cuma tadi untuk gula semut masih susah dipasarkan. Untuk itu, kami menghadap Pak Gubernur bagaimana jalan keluarnya agar bisa dipasarkan," ujarnya.

"Produksinya per hari untuk 5 orang bisa 50 kg. Kalau 10 orang bisa sampai satu ton dalam satu bulan," lanjutnya.

Salah seorang pembuat gula, Hodding menjelaskan cara pembuatan gula semut.

Pertama, bahan dasar berupa ballo (air pohon nira/lontar) dimasak. Selanjutnya, dididihkan dan diaduk menjadi air gula sampai merah dan membeku. Setelah membeku, lalu dihaluskan, diayak menjadi gula semut, dan dijemur selama satu jam.

Pendamping Kehutanan LC - Perhutanan Sosial dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Ismail Ishak, yang juga turut hadir menyampaikan, sebagai pendamping kehutanan mencoba untuk membantu masyarakat, termasuk dalam produk UMKM berbahan alami dan pengembangannya.

Ia menjelaskan untuk merek GulaNa Professor dipakai karena memiliki unsur kearifan lokal. "GulaNA" , kata dia, berasal dari bahasa Luwu. Sedangkan penggunaan kata "professor" merujuk kepada Nurdin Abdullah, yang dianggap sebagai pimpinan daerah yang peduli pada UMKM.

Dalam pertemuan tersebut, Gubernur Nurdin Abdullah menyarankan agar terdapat barcode pada kemasan produk.

"Tadi gubernur sampaikan terkait (bantuan) peralatan produksi gula ini. Kedua, masalah pemasaran termasuk peluang untuk diekspor. Baik itu tingkat lokal dan nasional. Karena dari kualitas kemasan dan gula sudah pas," ujarnya.

Ismail menginginkan agar pemprov juga membantu agar produk ini memiliki izin edar BPOM.

Yang tidak kalah pentingnya, kata dia, dengan adanya usaha seperti ini bisa membuat masyarakat melakukan rehabilitasi kerusakan hutan.

"Jujur di Kaladi ini, itu hutannya, seperti yang disampaikan oleh Pak Gubernur, hutan sudah banyak yang hilang. Dengan adanya usaha ini, mereka akan melakukan budi daya aren dan melakukan penanaman agar hutan tetap lestari," jelasnya.

Pewarta : Abdul Kadir
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024