Makassar (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Barat dr Alief Satria mengemukakan bahwa saat ini pihaknya sangat kekurangan tenaga kesehatan yang bekerja di laboratorium (laboran) untuk melakukan tes antigen bagi pengungsi.

Hal ini disampaikan menanggapi pernyataan Kepala BNPB Doni Monardo terkait rencana swab antigen untuk menjamin para pengungsi tidak terpapar COVID-19.

"Kami tentu siap memback-up pelaksanaannya, termasuk juga dari kabupaten lain di Sulbar siap mendukung, tetapi kondisi sekarang banyak laboran yang kita tidak tahu mereka pulang (mengungsi) kemana," kata dr Alief yang dihubungi dari Makassar, Senin.

Saat ini hanya ada dua laboran yang aktif melakukan pemeriksaan spesimen. Ada pula tambahan petugas laboran dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BPKL) Sulbar, serta tiga laboran dari Patologi Klinik dan dua laboran dari Kabupaten Pasangkayu.

Hanya saja, Alief memastikan bahwa tenaga tersebut belum cukup untuk melakukan pemeriksaan spesimen terhadap COVID-19 kepada pengungsi.

"Pengungsi itu kan harus diperiksa oleh laboran dan laboran itu yang tidak ada. Mereka sudah tidak ada di tempat," katanya.

Alief Satria mengimbau para tenaga kesehatan agar kembali bertugas melakukan pelayanan kesehatan bagi korban gempa yang mengguncang Majene dan Mamuju, Sulbar, khusunya kepada para laboran.

"Harapan saya, laboran yang masih mengungsi segera kembali ke Labkesda untuk segera bekerja kembali supaya kita kerja juga tidak terlalu berat, karena sekarang cuma dua orang yang aktif," ujarnya.

Mengenai kurangnya tenaga laboran itu, Dinkes Sulbar mengambil langkah dengan meminta bantuan tenaga laboran ke berbagai kabupaten untuk bisa memperkuat laboran di Provinsi Sulbar.

"Yang selama ini tidak tahu dimana, kita harapkan mereka kembali bekerja, untuk identifikasi COVID-19 nantinya," tambah dr Alief.

Pewarta : Nur Suhra Wardyah
Editor : Redaktur Makassar
Copyright © ANTARA 2024